Minggu, 31 Juli 2016

TEORI-TEORI DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING KARIER (TEORI HOLLAND DAN TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN KRUMBOLTZ)

       I.            PENDAHULUAN
Pada awal munculnya teori bimbingan dan konseling yang berawal dari pelaksanaan vocational guidance (bimbingan jabatan), banyak  tokoh yang berusaha untuk menganalisis vocational guidance dari beberapa sudut pandang yang berbeda. Beberapa tokoh itu antara lain Bordin, Happock, Donald E. Super, Anne Roe (1943, 1957, 1957, dan 1957), telah memaparkan teori tentang pemilihan karier atau jabatan. Namun, dari beberapa tokoh yang disebut diatas ditemukan pada beberapa teori pilihan pekerjaan yang tampaknya memiliki kekurangan-kekurangan.
Dari beberapa tokoh yang mengembangkan teori pilihan jabatan diatas, muncul John L. Holland dengan teori yang mengajukkan teori dengan pendekatan yang lebih komprehensif dengan memadukkan ilmu-ilmu yang ada. Menurut John Holland (1992), individu yang tertarik pada karier karena adanya kepribadian tertentu dan berbagai variable yang merupakan latar belakang mereka.
Pilihan karier merupakan ekspresi, atau perpanjangan kepribadian ke dalam dunia kerja, di ikuti oleh identifikasi berikutnya dengan stereotip pekerjaan tertentu.Sebuah perbandingan diri dengan persepsi pendudukan dan penerimaan atau penolakan selanjutnya adalah penentu utama dalam pilihan karier. Kesesuaian pandangan seseorang tentang diri dengan prefensi kerja menetapkan apa Holland sebut sebagai gaya pribadi modal.
Pusat untuk teori Holland adalah konsep bahwa seseorang memilih karier untuk memuaskan modal orientasi pribadi yang disukai seseorang. Jika individu telah mengembangkan orientasi dominan yang kuat, kemungkinan kepuasan dalam lingkungan kerja akan sesuai.


    II.            RUMUSAN MASALAH
A.    Bagaimana teori pilihan jabatan John Holland?
B.     Bagaiman teori pengambilan keputusan karier Krumboltz?




 III.            PEMBAHASAN
A.    Teori pilihan jabatan John Holland
Nama asli John Lewis Holland (21 Oktober 1919 - 27 November 2008) beliau adalah seorang Profesor Sosiologi Emeritus di Universitas Johns Hopkins dan seorang psikolog Amerika.
John Holland (Sharf, 1992: 45) memandang bahwa pilihan karier dan penyesuaian karir merupakan pengembangan dari kepribadian seseorang.Individu mengekspresikan dirinya, ketertarikan, dan nilai-nilai melalui pilihan karir mereka.Teori ini mengemukakan bahwa adanya hubungan antara pemilihan karir dengan tipe kepribadian yang dimiliki individu dan penting sekali membangun keterkaitan atau kecocokan antara dua hal tersebut.[1]
Pandangan Holland mencakup tiga ide dasar, yang masing-masing akan dijabarkan lebih lanjut. Tiga ide dasar bersama rincianya adalah sebagai berikut :
1.      Orang-orang dapat digolongkan menurut patokan sampai berapa jauh mereka mendekati salah satu diantara enam tipe kepribadian. Yaitu tipe realistic, tipe peneliti dan pengusut, seniman, tipe sosial, tipe pengusaha dan tipe orang rutin. Makin mirip seseorang dengan salah satu diantara enam tipe itu, makin tampaklah padanya cirri-ciri dan corak perilaku yang khas untuk tipe bersangkutan. Setiap tipe kepribadian adalah suatu tipe teoritis atau tipe ideal. Yang merupakan hasil dari inetraksi antara factor internal dan eksternal. Berdasarkam interaksi itu manusia mudah belajar lebih menyukai aktifitas-aktifitas tertentu, yang kemudian melahirkan minat-minat kuat yang pada giliranya menumbuhkan kemampuan-kemampuan tertentu yang bersifat sangat pribadi untuk bersikap, berfikir dan bertindak dengan cara-cara tertentu. Misalnya, lahirlah tipe sosial yang lebih peka terhadap kebutuhan orang lain, dan karena itu lebih cenderung memasuki lingkungan jabatan yang mengandung unsur pelayanan sosial seperti perawat, guru, pekerja sosial dan pemuka agama.
2.      Lingkungan-lingkungan yang didalamnya orang hidup dan bekerja, dapat digolongkan menurut patokan sampai berapa jauh lingkungan-lingkungan itu mendekati salah satu model lingkungan, yaitu, lingkungan realistic, lingkungan penelitian dan pengusutan, lingkungan kesenian, lingkungan pengusaha, lingkungan yang bersuasana kegiatan rutin. Makin mirip lingkungan tertentu dengan salah satu diantara enam model lingkungan, makin tampaklah didalamnya corak dan suasana kehidupan yang khas untuk lingkungan bersangkutan. Masing-masing model lingkungan hidup, termasuk lingkungan jabatan, didominasi oleh orang-orang yang bertipe kepribadian tertentu. Misalnya, lingkungan kesenian, didominasi oleh orang-orang yang bertipe orang seniman, dalam arti kebanyakan orang yang hidup dan bekerja dilingkungan itu termasuk tipe kepribadian ini.
3.      Perpaduan antara tipe kepribadian tertentu dan model lingkungan sesuai menghasilkan keselarasan dan kecocokan, sehingga orang dapat mengembangkan diri dalam lingkungan jabatan tertentu dan merasa puas. Perpaduan, pencocokan dalam tipe-tipe kepribadian dan model-model ligkungan memungkinkan meramalkan pilihan jabatan, keberhasilan, dan stabilitas seseorang dalam jabatan yang dipangku. Misalnya, seseorang yang diketahui paling mendekati tipe sosial, akan lebih cenderung memasuki jabatan dalam lingkungan pelayanan sosial karena jabatan itu diketahui paling sesuai dengan kepribadianya sendiri dan paling memuaskan baginya, sedangkan orang lain yang diketahui paling mendekati tipe orang rutin, akan lebih cenderung memangku jabatan dalam lingkungan yang bersuasana kegiatan rutin.[2]
Holland dalam teorinya mengemukakan suatu teori umum yang berusaha mengaitkan secara langsung orientasi pribadi dengan lingkungan termasuk segala pengaruh budaya, teman bergaul, orang tua, orang dewasa yang dianggap memiliki peranan yang penting. Baik orientasi pribadi maupun lingkungan, dirumuskan ke dalam enam dimensi, sebagai berikut :
1.      Realistis
Orang yang realistis ialah seseorang yang menghadapi kehidupan dngan mencari tujuan dan tugas-tugas yang obyektif dan factual.Untuk dapat memecahkan masalah lebih efektif sering kali memerlukan atau melakukan manipulasi benda-benda, alat-alat, mesin-mesin dan sebagainya.Orang demikian ini sering mengarah kepada jabatan tenaga terampil atau tidak terampil, pertanian teknik, dan sebagainya.
2.      Intelektual
Orientasi intelektual ialah seseorang yang menghadapi kehidupan dengan menggunakan berbagai kemampuan yang abstrak dan kreatif (kemampuan memanipulasi ide-ide, kata-kata dan symbol-simbol).Orang-orang yang demikian paling sesuai dengan lingkungan pekerjaan yang menghadapkan mereka pada pekerjaan yang menuntut kemampuan-kemampuan abstrak dan kreatif disertai dengan potensi-potensi yang lebih intelejen, imajinasi, serta kepekaan terhadap berbagai masalah yang bersifat intelektual dan fisik.Preferensi vokasional termasuk ahli antropologi, biologi, kimia, fisika, pekerjaan penelitian dan sebagainya.
3.      Konvensional
Orang yang konvensional ialah orang yang menghadapi kehidupan dengan menyeleksi tujuan-tujuan dan tugas-tugas yang sesuai dengan adat istiadat dan masyarakat. Orientasi konvensional adalah menuntut suatu proses rutin dari berbagai informasi secara sistematis. Preferensi vokasional yang cocok ialah, ahli statistic, analisis keuangan, pengkaji anggaran biaya, dan sebagainya.
4.      Sosial
Orang yang social adalah orang yang menghadapi kehidupan dengan menyeleksi tugas-tugas yang memerlukan suatu keterampilan antar pribadi dan perhatian orang lain. Preferensi vokasional yang cocok adalah dihadapkan kepada lingkungan yang menuntut mereka menilai dan merubah perilaku manusia.Misalnya konselor, psikologis klinis, penilik sekolah dan sebagainya.
5.      Usaha
Orang pengusaha ialah seseorang yang menghadapi kehidupan dengan menyeleksi tujuan dan tugas-tugas yang memerlukan lebih banyak kemampuan verbal yang sudah tentu memerlukan enersi yang besar, dominasi, petualangan, dan dorongan batin yang dipergunakan untuk mempengaruhi dan mengarahkan orang lain. Preferensi vokasional yang termasuk modelorientasi ini adalah manajer hotel, promoter olah raga, konsultan dan sebagainya.
6.      Artistik
Orang yang artistic ialah orang-orang yang menggunakan perasaan, naluri, emosi, dan imajinasinya untuk menciptakan bentuk-bentuk atu produk-produk seni.Orang-orang yang termasuk model orientasi ini menitikberatkan menghadapi keadaan sekitar dilakukan melalui ekspresi diri dan menghindari keadaan yang bersifat intrapersonal, keteraturan, atau keadaan yang menuntut keterampilan fisik. Preferensi vokasional yang termasuk model ini misalnya, ahli kartoon, ahli music,pencipta lagu, dan sebagainya.[3]

B.     Teori pengambilan keputusan karir Krumboltz
Penggunaan pendekatan teori social – learning dalam pemilihan karir Krumboltz, Mitchell, dan Gelatt (1975). Teori ini merupakan upaya untuk menyederhanakan proses pemilihan karir .Terutama didasarkan atas peristiwa – peristiwa kehidupan yang berpengaruh terhadap penentuan pilihan karir.Dalam teori ini, proses perkembangan karir melibatkan empat factor yaitu (1) warisan genetic dan kemampuan khusus, (2) kondisi dan peristiwa lingkungan, (3) pengalaman belajar, dan (keterampilan pendekatan tugas).
1.      Warisan genetic dan kemampuan khusus
Warisan genetic dan kemampuan khusus mencakup sejumlah kualitas bawaan yang dapat membatasi kesempatan karir individu.
2.      Kondisi dan peristiwa lingkungan
Kondisi dan peristiwa lingkungan dipandang sebagai factor yang berpengaruh yang sering kali berada diluar control individu. Peristiwa-peristiwa dan keadaan tertentu didalam lingkungan individu mempengaruhi perkembangan keterampilan, kegiatan dan pemilihan karir.
3.      Pengalaman belajar
Faktor ketiga, pengalaman belajar, mencakup pengalaman belajar instrumental dan asosiatif. Pengalaman belajar instrumental adalah yang dipelajari individu melalui  reaksi terhadap konsekuensi kegiatan belajar dan pengaruhnya terhadap perencanaan dan perkembangan karir ditentukan terutama oleh reinforcement atau non reinforcement kegiatan tersebut, warisan genetic individu, kemampuan dan ketrampilan khususnya, dan tugas pekerjaan itu sendiri. Pengalaman belajar asosiatif mencakup reaksi negative dan positif terhadap pasangan situasi yang sebelumnya bersifat netral. Misalnya, pernyataan “ Semua poloitisi tidak jujur”  Dan “semua banker “ kaya “ berpengaruh terhadap persepsi individu tentang okupasi ini. Asosiasi seperti ini dapat juga dipelajari.Asosiasi seperti ini dapat juga dipelajari melalui observasi, bacaan, dan film.
4.      Keterampilan pendekatan tugas
Faktor keempat, ketrampilan pendekatan tugas (tasks approach skills), mencakup ketrampilan – ketrampilan yang sudah dikembangkan oleh individu , seperti ketrampilan problem solving, kebiasaan kerja, respon emosional, dan respon kognitif. Ketrampilan – ketrampilan ini menentukan hasil masalah dan tugas yang dihadapi oleh individu,. Tasks approach skills sering kali termodifikasi akibat pengalaman yang bagus maupun jelek.
Krumboltz, menekankan bahwa pengalaman belajar yang unik yang dari masing – masing individu selama hidupnya menyebabkan berkembangnya pengaruh- pengaruh primer yang mengarahkan pilihan karirnya. Pengaruh tersebut mencakup :
1.      Penggeneralisasian self berdasarkan pengalaman dan kinerja yang terkait dengan standar yang dipelajari,
2.      Ketrampilan yang dipergunakan dalam menghadapi lingkungan, dan
3.      Perilaku memasuki karir seperti melamar pekerjaan atau memilih lembaga pendidikan atau pelatihan
Pembentukan keyakian generalisasi individu merupakan hal yang sangat penting dalam model social – learning . Peranan konselor adalah : menelusuri asumsi – asumsi dan keyakinan dan tindakan yang perlu dilakukan. Membantu individu memahami sepenuhnya validitas keyakinan individu merupakan komponen utama model social learning . Secara spesifik,. Konselor sebaiknya berusaha mengatasi masalah – masalah berikut :
a.       Individu mungkin tidak dapat mengakui bahwa masalah yang dihadapinya dapat diatasi (mereka berasumsi bahwa sebagian besar masalah merupakan bagian dari kehidupan yang normal dan tidak dapat diatasi)
b.      Individu mungkin tidak dapat melakukan upaya yang dibutuhkan untuk membuat keputusan atau memecahkan masalah (mereka tidak banyak berusaha mengeksplorasi alternative).
c.       Individu mungkin tidak menyadari adanya alternative yang memuaskan ( mereka melakukan overgeneralisasi asumsi yang salah)
d.      Individu mungkin memilih alternative yang buruk atas alasan yang tidak tepat (individu tidak mampu mengevaluasi karir secara realistic karena keyakinan yang salah dan ekspektasi  yang tidak realistic)
e.        Individu mungkin mengalami kekecewaan dan kecemasan akibat persepsi bahwa mereka tidak dapat mencapai tujuan yang diinginkan ( tujuannya mungkin tidak realistic atau konflik dengan tujuan lain)

Krumboltz et al. juga memberikan beberapa observasi untuk konseling karir sebagai berikut :
a.       Pembuatan keputusan karir merupakan ketrampilan yang dipelajari .
b.      Individu yang mengaku telah melakukan pilihan karir memerlukan bantuan juga ( pilihan karirnya mungkn telah dilakukan berdasarkan informasi yang tidak akurat dan alternative yang keliru)
c.       Keberhasilan diukur berdasarkan ketrampilan yang telah ditunjukkan mahasiswa dalam membuat keputusan ( diperlukan evaluasi terhadap ketrampilan membuat keputusan ).
d.      Klien berasal dari berbagai macam kelompok
e.       Klien tidak usah merasa bersalah jika mereka tidak yakin tentang karir apa yang harus dimasukinya.
f.       Tidak ada satu okupasi yang dapat dipandang tepat untuk semua orang. [4]

 IV.            KESIMPULAN
John Holland (Sharf, 1992: 45) memandang bahwa pilihan karier dan penyesuaian karir merupakan pengembangan dari kepribadian seseorang.Individu mengekspresikan dirinya, ketertarikan, dan nilai-nilai melalui pilihan karir mereka.Teori ini mengemukakan bahwa adanya hubungan antara pemilihan karir dengan tipe kepribadian yang dimiliki individu dan penting sekali membangun keterkaitan atau kecocokan antara dua hal tersebut.
Penggunaan pendekatan teori social – learning dalam pemilihan karir Krumboltz, Mitchell, dan Gelatt (1975). Teori ini merupakan upaya untuk menyederhanakan proses pemilihan karir .terutama didasarkan atas peristiwa – peristiwa kehidupan yang berpengaruh terhadap penentuan pilihan karir. Dalam teori ini, proses perkembangan karir melibatkan empat factor yaitu (1) warisan genetic dan kemampuan khusus, (2) kondisi dan peristiwa lingkungan, (3) pengalaman belajar, dan (keterampilan pendekatan tugas).

    V.            PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami buat, sekiranya isi dalam makalah ini dapat memberikan kemanfaatan bagi kita semua. Mohon maaf apa bila ada kesalahan dalam makalah ini,dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.
DAFTAR PUSTAKA

Kibtiyah, Maryatul. Bimbingan dan konseling karir dalam perspektif islam. Semarang. 2015
Sukardi, Dewa Ketut. Pendekatan konseling karir didalam bimbingan karir   (suatu pendahuluan).Ghalia Indonesia.1989

Wingkel,W.S. Bimbingan dan konseling di institusi pendidikan. Gramedia widiasarana. Jakarta. 1991
http://dachulovers.blogspot.co.id/2013/08/teori-teori-pilihan-karir-menurut-para.html.Diakses tgl 11 mei 2016


W.S Wingkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Gramedia widiasarana: Jakarta,1991, hlm : 520-522
[3] Dewa Ketut Sukardi, Pendekatan Konseling Karir didalam Bimbingan Karir (suatu pendahuluan), Ghalia Indonesia, 1989, hlm : 24-25
[4] Maryatul Kibtiyah, Bimbingan dan Konseling Karir dalam Perspektif Islam, Semarang, 2015, hlm : 151-154

Tidak ada komentar:

Posting Komentar