I.
I. PENDAHULUAN
Dengan metode dan konsep yang khas, tradisi kognitifmempresentasikan
pendekatan konseling yang penting. Dalam beberapa tahun terakhir ini, banyak
psikoterapi dan konselor yang dididik dalam metode kognitif tertarik pada
perspektif konstruktivisme. Perspektif ini memberikan perhatian khusus kepada
bahasa yang digunakan oleh orang-orang untuk menciptakan realitas dimana mereka
hidup, dan terapis konstruktivismemempertahankan pendekatan kognitif untuk
menghasilkan solusi, bukan hanya sekedar “membedah” masalah.
II. RUMUSAN MASALAH
A.
Apa
pengertian kognitif ?
B.
Bagaimana
pendekatan teori kognitif ?
C.
Bagaimana
teknik dan metode konseling kognitif ?
D.
Apa kelebihan
dan kekurangan teori kognitif ?
E.
Bagaimana
studi kasus teori kognitif ?
III. PEMBAHASAN
A.
Pengertian
kognitif
Penemu teori kognitif
ialah Aaron Beck (1921), seorang psikiater. Pekerjaan pertamanya dimulai
kira-kira pada masa yang bersamaan dengan Ellis. Seperti Ellis, pada awalnya
dia dilatih untuk menjadi penelitian tentang keefektifan teori psikoanalisis
yang digunakan dalam perawatan depresi yang menurutnya masih belum cukup baik.
Jadi pengertian
kognitif adalah pikiran, keyakinan, dan gambaran internal yang dimiliki manusia
mengenai peristiwa-peristiwa di dalam kehidupannya. (Holden, 1993, 2001). Teori
konseling kognitif berfokus pada proses mental dan pengaruhnya pada kesehatan
mental dan tingkah laku. Landasan umum dari semua pendekatan kognitif adalah
apa yang dipikirkan manusia sangat menentukan bagaimana mereka berperilaku dan
merasakan. (Beck&Weishaar, 2008).[1]
Menurut Albert Ellis
teori kognitif ialah penderitaan mental tidak disebabkan langsung oleh masalah
kita atau perasaan bawah sadar kita akan masalah tersebut, melainkan dari
pendapat yang salah dan irasional, yang disadari maupun tidak disadari akan
masalah-masalah yang kita hadapi.
B.
Pendekatan
teori kognitif
Pandangan teori
kognitif menyatakan bahwa organisasi kepribadian manusia tidak lain adalah
elemen-elemen kesadaran yang satu sama lain saling terkait dalam lapangan
kesadaran (kognisi). Dalam teori ini, unsur psikis dan fisik tidak dipisahkan
lagi, karena keduanya termasuk dalam kognisi manusia. Bahkan, dengan teroi ini
dimungkinkan juga faktor-faktor di luar diri dimasukkan (diwakili) dalam
lapangan psikologis atau lapangan kesadaran seseorang.[2]
Sebagimana yang
diidentifikasikan oleh Ellis, yang memberikan titik awal kepada konselor untuk
mengeksplorasi kandungan kognitif klien:
a.
Saya harus
terus berlaku baik.
b.
Saya tidak
dapat menghadapinya ketika hidup benar-benar tak adil.
c.
Saya butuh
disayangi oleh seseorang yang sangat berarti bagi diri saya.
d.
Jika ditolak,
maka saya adalah orang yang jelek dan tidak dapat dicintai.
Pernyataan keyakinan
yang digunakan dalam RET merefleksikan berfungsinya sejumlah proses kognitif
terdistorsi. Misalnya, generalisasi berlebihan akan muncul jika klien yakin
bahwa ia butuh untuk dicintai setiap waktu. Terapis kognitif akan menolak
pernyataan seperti ini dan mengajak klien untuk menyusun kembali pernyataan
tersebut seperti “ saya menikmati perasaan dicintai dan diterima oleh orang
lain, dan jika hal ini tidak ada pada diri saya, maka terkadang saya akan
merasa tidak bahagia”.
Dalam proses kognisi,
manusia sering kali menggunakan jalan pintas untuk sampai pada suatu kesimpulan
atau atribusi (Sarwono, 1997). Jalan pintas itu, menurut Sarwono, digunakan
untuk mempercepat proses dan menghemat energi. Dengan kata lain, heuristics
dalam mental digunakan demi efisiensi. Misalnya, jika kita sedang berjalan di
jalan yang gelap dan sepi, kemudian kita melihat orang berjaket kulit dan
bercelana jin dengan topi dan wajah tertutup leher jaket, tangan disaku celana,
dan berjalan dengan gaya mencurigakan ke arah kita, tanpa memikirkan yang lain
lagi (berpikir jalan pintas saja), atribusi yang kita berikan adalah orang
tersebut berniat jahat. Karena itu, kita segera mengambil langkah seribu untuk
menyelamatkan diri. Seandainya kita tidak berpikir jalan pintas, ada
kemungkinan jalan pintas kita sebetulnya salah.[3]
C.
Teknik
dan metode konseling kognitif
Pendekatan kognitif
kurang memperhatikan pemahaman dan lebih berorientasi kepada tindakan klien
yang menghasilkan perubahan. Walaupun tiap praktisi memiliki gaya yang berbeda
satu dengan yang lain, namun kecenderungan dalam kognitif adalah dilaksanakannya
pendekatan ini dalam sebuah program yang terstruktur langkah demi langkah.
Program seperti ini dapat mencakup:
1.
Menciptakan
hubungan yang sangat dekat dan aliansi kerja antara konselor dan klien.
2.
Menilai
masalah, mengidentifikasi kelayakan masalah perilaku klienpenerapan teknik
kognitif dan behavioral (perilaku).
3.
Memonitor
perkembangan perilaku klien.
4.
Mengakhiri
dan merancang program lanjutan untuk menguatkan generalisasi dari apa yang
didapat.
Konselor kognitif
biasanya akan menggunakan berbagai teknik intervensi untuk mendapatkan
kesepakatan perilaku sasaran dengan klien. Teknik yang biasanya digunakan
adalah:
1.
Menantang
keyakinan irasional.
2.
Menerima
kondisi emosional internal sebagai sesuatu yang menarik ketimbang sesuatu yang
menakutkan.
3.
Mencoba
penggunaan berbagai pernyataan diri yang berbeda dalam situasi riil.
4.
Pelatihan
keterampilan sosial atau asertifikasi.
5.
Penugasan
pekerjaan rumah. Mempraktikkan perilaku baru dan strategi kognitif antara sesi
terapi.
6.
Menghentikan
pikiran.
7.
Desensitisasi
sistematis.
D.
Kelebihan
dan kekurangan teori kognitif
Kelebihan terapi
kognitif adalah :
1.
Terapi
kognitif efektif bagi klien dari berbagai budaya.
3.
Menjadikan
klien lebih kreatif dan mandiri.
Kekurangan terapi kognitif adalah :
1.
Menuntut
konselor dan klien untuk aktif.
2.
Klien tidak
termotivasi untuk berubah lebih baik.
3.
Kurangnya
partisipasi dari klien.
E.
Studi
kasus kognitif
Dinda adalah seorang
mahasiswi di Universitas Jawa Tengah. Dinda merupakan perokok aktif.
Sebenarnya, Dinda tahu bahwa merokok tidak baik apalagi bagi kalangan wanita,
resiko yang dihadapi akan sangat besar. Namun, pikiran atau pendapat yang
dipegang Dinda tersebut tidak sejalan dengan apa yang dilakukannya. Karena
Dinda mengetahui dampak dari perilakunya dan ingin sekali mengakhirinya.[4]
IV. KESIMPULAN
kognitif adalah pikiran, keyakinan, dan gambaran internal yang dimiliki
manusia mengenai peristiwa-peristiwa di dalam kehidupannya. (Holden, 1993,
2001). Teori konseling kognitif berfokus pada proses mental dan pengaruhnya
pada kesehatan mental dan tingkah laku. Landasan umum dari semua pendekatan
kognitif adalah apa yang dipikirkan manusia sangat menentukan bagaimana mereka
berperilaku dan merasakan. (Beck&Weishaar, 2008).
Program kognitif dapat mencakup:Menciptakan hubungan yang sangat dekat
dan aliansi kerja antara konselor dan klien.Menilai masalah, mengidentifikasi
kelayakan masalah perilaku klienpenerapan teknik kognitif dan behavioral
(perilaku).Memonitor perkembangan perilaku klien.Mengakhiri dan merancang
program lanjutan untuk menguatkan generalisasi dari apa yang didapat.
DAFTAR PUSTAKA
Gladding, Samuel T., Konseling: Profesi yang Menyeluruh. (New Jersey: Pearson Education,
Inc, 2009).
Sobur, Alex, PSIKOLOGI UMUM, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2003).
McLeod, John. PENGANTAR
KONSELING: TEORI DAN STUDI KASUS, (Jakarta: Kencana, 2010).
[1]
Samuel T. Gladding, Konseling: Profesi
yang Menyeluruh. (New Jersey: Pearson Education, Inc, 2009). Hal 266.
[2] Drs.
Alex Sobur, M.Si., PSIKOLOGI UMUM, (Bandung:
CV Pustaka Setia, 2003), hal 311& 475.
[3] John
McLeod. PENGANTAR KONSELING: TEORI DAN
STUDI KASUS, (Jakarta: Kencana, 2010), hal 154
[4]Samuel
T. Gladding, Konseling: Profesi yang
Menyeluruh... hal 274.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar