Sabtu, 01 Oktober 2016

TEORI DAN PENDEKATAN KOGNITIF

       I.             

                          I.            PENDAHULUAN
Dengan metode dan konsep yang khas, tradisi kognitifmempresentasikan pendekatan konseling yang penting. Dalam beberapa tahun terakhir ini, banyak psikoterapi dan konselor yang dididik dalam metode kognitif tertarik pada perspektif konstruktivisme. Perspektif ini memberikan perhatian khusus kepada bahasa yang digunakan oleh orang-orang untuk menciptakan realitas dimana mereka hidup, dan terapis konstruktivismemempertahankan pendekatan kognitif untuk menghasilkan solusi, bukan hanya sekedar “membedah” masalah.

                       II.            RUMUSAN MASALAH
A.  Apa pengertian kognitif ?
B.  Bagaimana pendekatan teori kognitif ?
C.  Bagaimana teknik dan metode konseling kognitif ?
D.  Apa kelebihan dan kekurangan teori kognitif ?
E.   Bagaimana studi kasus teori kognitif ?



                            III.            PEMBAHASAN
A.  Pengertian kognitif
Penemu teori kognitif ialah Aaron Beck (1921), seorang psikiater. Pekerjaan pertamanya dimulai kira-kira pada masa yang bersamaan dengan Ellis. Seperti Ellis, pada awalnya dia dilatih untuk menjadi penelitian tentang keefektifan teori psikoanalisis yang digunakan dalam perawatan depresi yang menurutnya masih belum cukup baik.
Jadi pengertian kognitif adalah pikiran, keyakinan, dan gambaran internal yang dimiliki manusia mengenai peristiwa-peristiwa di dalam kehidupannya. (Holden, 1993, 2001). Teori konseling kognitif berfokus pada proses mental dan pengaruhnya pada kesehatan mental dan tingkah laku. Landasan umum dari semua pendekatan kognitif adalah apa yang dipikirkan manusia sangat menentukan bagaimana mereka berperilaku dan merasakan. (Beck&Weishaar, 2008).[1]
Menurut Albert Ellis teori kognitif ialah penderitaan mental tidak disebabkan langsung oleh masalah kita atau perasaan bawah sadar kita akan masalah tersebut, melainkan dari pendapat yang salah dan irasional, yang disadari maupun tidak disadari akan masalah-masalah yang kita hadapi.

B.  Pendekatan teori kognitif
Pandangan teori kognitif menyatakan bahwa organisasi kepribadian manusia tidak lain adalah elemen-elemen kesadaran yang satu sama lain saling terkait dalam lapangan kesadaran (kognisi). Dalam teori ini, unsur psikis dan fisik tidak dipisahkan lagi, karena keduanya termasuk dalam kognisi manusia. Bahkan, dengan teroi ini dimungkinkan juga faktor-faktor di luar diri dimasukkan (diwakili) dalam lapangan psikologis atau lapangan kesadaran seseorang.[2]
Sebagimana yang diidentifikasikan oleh Ellis, yang memberikan titik awal kepada konselor untuk mengeksplorasi kandungan kognitif klien:
a.    Saya harus terus berlaku baik.
b.    Saya tidak dapat menghadapinya ketika hidup benar-benar tak adil.
c.    Saya butuh disayangi oleh seseorang yang sangat berarti bagi diri saya.
d.   Jika ditolak, maka saya adalah orang yang jelek dan tidak dapat dicintai.
Pernyataan keyakinan yang digunakan dalam RET merefleksikan berfungsinya sejumlah proses kognitif terdistorsi. Misalnya, generalisasi berlebihan akan muncul jika klien yakin bahwa ia butuh untuk dicintai setiap waktu. Terapis kognitif akan menolak pernyataan seperti ini dan mengajak klien untuk menyusun kembali pernyataan tersebut seperti “ saya menikmati perasaan dicintai dan diterima oleh orang lain, dan jika hal ini tidak ada pada diri saya, maka terkadang saya akan merasa tidak bahagia”.
Dalam proses kognisi, manusia sering kali menggunakan jalan pintas untuk sampai pada suatu kesimpulan atau atribusi (Sarwono, 1997). Jalan pintas itu, menurut Sarwono, digunakan untuk mempercepat proses dan menghemat energi. Dengan kata lain, heuristics dalam mental digunakan demi efisiensi. Misalnya, jika kita sedang berjalan di jalan yang gelap dan sepi, kemudian kita melihat orang berjaket kulit dan bercelana jin dengan topi dan wajah tertutup leher jaket, tangan disaku celana, dan berjalan dengan gaya mencurigakan ke arah kita, tanpa memikirkan yang lain lagi (berpikir jalan pintas saja), atribusi yang kita berikan adalah orang tersebut berniat jahat. Karena itu, kita segera mengambil langkah seribu untuk menyelamatkan diri. Seandainya kita tidak berpikir jalan pintas, ada kemungkinan jalan pintas kita sebetulnya salah.[3]

C.  Teknik dan metode konseling kognitif
Pendekatan kognitif kurang memperhatikan pemahaman dan lebih berorientasi kepada tindakan klien yang menghasilkan perubahan. Walaupun tiap praktisi memiliki gaya yang berbeda satu dengan yang lain, namun kecenderungan dalam kognitif adalah dilaksanakannya pendekatan ini dalam sebuah program yang terstruktur langkah demi langkah. Program seperti ini dapat mencakup:
1.    Menciptakan hubungan yang sangat dekat dan aliansi kerja antara konselor dan klien.
2.    Menilai masalah, mengidentifikasi kelayakan masalah perilaku klienpenerapan teknik kognitif dan behavioral (perilaku).
3.    Memonitor perkembangan perilaku klien.
4.    Mengakhiri dan merancang program lanjutan untuk menguatkan generalisasi dari apa yang didapat.
Konselor kognitif biasanya akan menggunakan berbagai teknik intervensi untuk mendapatkan kesepakatan perilaku sasaran dengan klien. Teknik yang biasanya digunakan adalah:
1.     Menantang keyakinan irasional.
2.     Menerima kondisi emosional internal sebagai sesuatu yang menarik ketimbang sesuatu yang menakutkan.
3.     Mencoba penggunaan berbagai pernyataan diri yang berbeda dalam situasi riil.
4.     Pelatihan keterampilan sosial atau asertifikasi.
5.     Penugasan pekerjaan rumah. Mempraktikkan perilaku baru dan strategi kognitif antara sesi terapi.
6.     Menghentikan pikiran.
7.     Desensitisasi sistematis.

D.  Kelebihan dan kekurangan teori kognitif
Kelebihan terapi kognitif adalah :
1.    Terapi kognitif efektif bagi klien dari berbagai budaya.
2.    Konselor dapat memaksimalkan ingatan yang dimiliki klien.
3.    Menjadikan klien lebih kreatif dan mandiri.

Kekurangan terapi kognitif adalah :
1.    Menuntut konselor dan klien untuk aktif.
2.    Klien tidak termotivasi untuk berubah lebih baik.
3.    Kurangnya partisipasi dari klien.

E.  Studi kasus kognitif
Dinda adalah seorang mahasiswi di Universitas Jawa Tengah. Dinda merupakan perokok aktif. Sebenarnya, Dinda tahu bahwa merokok tidak baik apalagi bagi kalangan wanita, resiko yang dihadapi akan sangat besar. Namun, pikiran atau pendapat yang dipegang Dinda tersebut tidak sejalan dengan apa yang dilakukannya. Karena Dinda mengetahui dampak dari perilakunya dan ingin sekali mengakhirinya.[4]

                       IV.            KESIMPULAN
kognitif adalah pikiran, keyakinan, dan gambaran internal yang dimiliki manusia mengenai peristiwa-peristiwa di dalam kehidupannya. (Holden, 1993, 2001). Teori konseling kognitif berfokus pada proses mental dan pengaruhnya pada kesehatan mental dan tingkah laku. Landasan umum dari semua pendekatan kognitif adalah apa yang dipikirkan manusia sangat menentukan bagaimana mereka berperilaku dan merasakan. (Beck&Weishaar, 2008).
Program kognitif dapat mencakup:Menciptakan hubungan yang sangat dekat dan aliansi kerja antara konselor dan klien.Menilai masalah, mengidentifikasi kelayakan masalah perilaku klienpenerapan teknik kognitif dan behavioral (perilaku).Memonitor perkembangan perilaku klien.Mengakhiri dan merancang program lanjutan untuk menguatkan generalisasi dari apa yang didapat.



DAFTAR PUSTAKA

Gladding, Samuel T., Konseling: Profesi yang Menyeluruh. (New Jersey: Pearson Education, Inc, 2009).
Sobur, Alex, PSIKOLOGI UMUM, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2003).
McLeod, John. PENGANTAR KONSELING: TEORI DAN STUDI KASUS, (Jakarta: Kencana, 2010).



[1] Samuel T. Gladding, Konseling: Profesi yang Menyeluruh. (New Jersey: Pearson Education, Inc, 2009). Hal 266.
[2] Drs. Alex Sobur, M.Si., PSIKOLOGI UMUM, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2003), hal 311& 475.
[3] John McLeod. PENGANTAR KONSELING: TEORI DAN STUDI KASUS, (Jakarta: Kencana, 2010), hal 154
[4]Samuel T. Gladding, Konseling: Profesi yang Menyeluruh... hal 274.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar