I.
RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana siswa yang mengalami masalah sosial dan
perilaku?
B. Bagaimana siswa yang mengalami keterlambatan umum dalam
fungsi kognitif dan sosial?
C. Bagaimana siswa yang mengalami hambatan fisik dan sensori?
D. Bagaimana siswa dengan perkembangan kognitif yang tinggi?
II.
PEMBAHASAN
A. Siswa yang mengalami masalah sosial dan perilaku
Banyak siswa yang pernah mengalami
masalah sosial, emosi atau perilaku yang tidak begitu parah disuatu masa dalam
hidupnya, dan khususnya ketika sedang dilanda stres atau perubahan hidup yang
besar dan tidak biasa.
Meskipun demikian beberapa siswa
memperlihatkan pola perilaku bermasalah yang konsisten mengganggu kegiatan belajar
dan performa mereka kendati guru dan lingkungan kelasnya kondusif. Dalam
pembahasan ini kami akan meninjau dua kelompok siswa yang termasuk dalam
kategori ini, mereka yang mengalami masalah emosi dan perilaku serta mereka
yang tergolong dalam gangguan spektrum autisme :
1. Gangguan emosi dan perilaku
Siswa yang mengalami gangguan
emosi dan perilaku termasuk dalam kategori siswa yang berkebutuhan khusus dan
karenanya berhak memperoleh layanan pendidikan khusus ketika masalah-masalah
mereka memiliki pengaruh negatif yang substansial terhadap kegiatan belajar di
kelas. Simtom-simtom dari gangguan emosi atau perilaku biasanya dapat
digolongkan menjadi suatu kategori besar yaitu, Ekternalizing behaviors
(perilaku ke luar) memiliki pengaruh langsung ataupun tidak langsung terhadap
orang lain. Dan Internalizing behaviors (perilaku ke dalam) terutama memenagaruhi siswa yang
mengalami gangguan.
Beberapa gangguan emosi dan
perilaku dapat diakibatkan oleh faktor-faktor lingkunagn, seperti tekanan
hidup, praktik pola asuh yang tidak cocok, perlakuan yang salah terhadap anak atau
penyalah gunaan alkohol atau obat-obatan.
Faktor-faktor di sekolah bisa
memperparah tantangan yang dihadapi oleh siswa yang sudah mengalami masalah
emosi dan perilaku. Perilaku mereka yang tidak sesuai tidak hanya mengganggu
prestasi akademik tetapi juga relasinya dengan teman-teman, yang pada giliranya
juga kegagalan sosial dan akademik.
Beberapa siswa yang mengalami
gangguan emosi dan perilaku juga memiliki
kebutuhan-kebutuhan khusus lain seperti kesulitan belajar,
keterbelakangan mental atau keberbakatan.
Mengadaptasi intruksi intervensi
yang efektif harus disesuaikan dengan kebutuhan tiap-tiap siswa yang unik,
tetapi beberapa strategi dapat membawa manfaat siswa bagi banyak siswa seperti
:
a. Perlihatkan minat terhadap kebaikan dan kemajuan siswa.
b. Buatlah aktivitas kelas yang relefan dengan minat siswa
c. Berikan kepada siswa pengertian bahwa mereka memiliki
kendali atas situasi-situasi yang mereka alami
d. Waspadailah tanda-tanda kemungkinan siswa berencana
melakukan untuk bunuh diri
Beberapa siswa yang sangat tertekan mungkin saja berfikir
untuk mengakhiri hidupnya. Tanda-tanda yang harus
diwaspadai adalah sebagai berikut :
-
Menarik diri secara tiba-tiba dari
relasi sosial
-
Semakin mengabaikan penampilan
pribadi
-
Tiba-tiba sering membicarakan tema
kematian dan hal-hal yang mengerikan
Sebagai guru, kita harus mempertimbangkan setiap
tada-tanda yang membahayakan ini secara serius. Kita harus memperlihatkan
keperdulian yang sangat besar kepada siswa yang berpotensi yang hendak
melakukan bunuh diri.
2. Gangguan spektrum autisme
Mayoritas gangguan spektrum
auitisme mungkin disebabkan oleh abnormalitas di otak. Karakteristik umum dari
gangguan ini ditandai oleh adanya gangguan dalam kognisi sosial (misalnya,
kemampuan mempertimbangkan perspektif orang lain). Keterampilan sosial dan
interaksi sosial. Karakteristik umum lainya adalah adanya perilaku repetitif,
yaitu sering kali berupa perilaku yang aneh
yang jarang dijumpai diantara teman-teman se usia.
Karakteristik umum selain sifat-sifat
yang telah disebutkan, siswa yang termasuk dalam gangguan spektrum autisme
memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut :
a. Keterampilan berfikir visual-spasial yang kuat
b. Wawasan yang lemah terhadap pikiran dan perasaanya
sendiri
c. Kontak mata yang minim dengan teman-teman sebaya
d. Kurang berminat sama sekali mencari penghiburan dari
orang lain ketika sedang terluka atau merasa gelisah
e. Sikap badan gerakan yang abnormal (misalnya, gaya
berjalan yang aneh).
Adapun strategi-strategi yang diterapkan dalam menangani
anak-anak yang mengalami spektrum
autisme adalah sebagai berikut :
a. Maksimalkan prediktibilitas dalam penataan kelas dan
jadwal mingguan
Banyak siswa yang mengalami gangguan tersebut merasa
lebih nyaman dan aman apabila lingkungan fisik mereka tetap sama dan mereka
dapat menjalani suatu rutinitas yang dapat diprediksi.
b. Gunakan pendekatan visual dalam proses belajar mengajar
Karena siswa yang mengalami gangguan tersebut seringkali
memiliki keterampilan visual-spasial yang kuat namun mengalami kesulitan dalam
keterampilan bahasa.
3. Rekomendasi umum
Meskipun penyebab gangguan emosi dan perilaku dan
gangguan spektrum autisme biasanya sangat berbeda, siswa-siswa yang mengalami
salah satu dari kedua bentuk gangguan ini dapat memperoleh manfaat dari
beberapa infensi kelas yang sama. Tentunya kita ingin mendorong keberhasilan
dalam tugas-tugas akademik, mungkin dengan menggunakan strategi-strategi
instruksional yang disajikan sebelumnya untuk siswa-siswa yang mengalami
kesulitan kognitif atau akademik tertentu.
Para peneliti dan pendidik berpengalaman juga menawarkan saran-saran
berikut ini :
a. Tekankan berulang kali pentingnya berperilaku sopan di
kelas
Meskipun siswa-siswa tertentu yang mengalami
hambatan khusus lebih cenderung berperilaku kontraproduktif di kelas
dibandingkan banyak teman-temanya, guru jelas dapat membantu mereka berperilaku
produktif.
b. Kembangkan kognisi sosial dan keterampilan interpersonal
yang efektif
Siswa butuh kesempatan untuk mempraktikan
keterampilan baru mereka, mungkin melalui interaksi sosial terstruktur di kelas
ataupun melalui program tambahan bersama orang-orag dewasa muda dalam
komunitas.
c. Tetap gigih dan sabar, dan arahkan usaha anda pada
perbaikan yang perlahan-lahan, alih-alih kesuksesan dalam sekejap.
Membantu siswa yang mengalami masalah
perilaku sering kali merupakan sebuah pekerjaan yang menantang. Banyak dari
siswa-siswi ini pada awalnya akan menolak upaya kita untuk membantu mereka.
Mereka mulai mengakui manfaat bimbingan dan dukungan kita hanya setelah melihat
konsekuensi alamiah dari perubahan perilaku mereka.[1]
B. Siswa yang mengalami keterlambatan umum dalam fungsi
kognitif dan sosial
Istilah ini untuk mencakup semua siswa yang secara
konsisten memperlihatkan pola perkembangan yang lambat. Para pendidikan
kadangkala menggunakan istilah pembelajar yang lambat untuk mendeskripsikan
siswa yang memperoleh skor inteligensi disekitar angka 70 dan terlihat mengalami
kesulitan dalam sebagian besar atau bahkan semua mata pelajaran. Siswa yang
secara khusus mengalami kesulitan yang berat dapat diidentifikasi mengidap
keterbelakangan mental.
Siswa yang mengalami keterbelakangan mental
memperlihatkan keterlambatan yang signifikan disebagian besar aspek
perkembangan kognitif dan sosialnya.
Keterbelakangan mental seringkali disebabkan oleh kondisi
genetik. Sebagai contoh, sebagian besar anak-anak yang mengalami keterlambatan
dalam perkembangan kognitif. Dalam kasus-kasus lain, penyebabnya adalah
faktor-faktor biologis tetapi tidak diturunkan seperti kekurangan gizi atau
konsumsi alkohol secara berlebihan selama kehamilan atau kekurangan oksigen
dalam proses kelahiran yang sulit. Selain itu juga disebabkan oleh faktor
lingkungan seperti diabaikan oleh orang tua, lingkungan rumah yang sangat
miskin dan kurang memberikan stimulasi.
Karakteristik umum beberapa siswa
yang mengalami keterbelakangan mental adalah sebagai berikut :
a. Kurangnya pengetahuan umum mengenai dunia
b. Keterampilan membaca dan berbahasa yang buruk
c. Kurang atau bahkan sama sekali tidak memiliki
strategi-strategi belajar dan strategi memori yang efektif
d. Kesulitan menggeneralisasi sesuatu yang dipelajari dalam
suatu situasi ke situasi yang baru
e. Keterampilan motorik yang rendah
Adapun strategi-strategi untuk menghadapi siswa yang
keterbelakangan mental adalah sebagi berikut :
1. Berikan intruksi secara perlahan-lahan untuk memastikan
mereka dapat mengikuti materi yang disampaikan
2. Jelaskan tugas-tugas secara konkret, spesifik, dan
lengkap
3. Gunakan scaffolding yang memadai untuk mendorong
perhatian dan proses-proses kognitif efektif yang lain
4. Masukan keterampilan kejuruan dan keterampilan hidup yang
umum kedalam kurikulum.[2]
C. Siswa yang mengalami hambatan fisik dan sensori
Masing-masing organ indera
terarah untuk menerima rentang stimuli tertentu yang relefan dengan
kelangsungan hidup, terhadap stimuli diluar rentang hidup kita.[3] Beberapa siswa berkebutuhan khusus
memiliki masalah fisik yang jelas yang disebabkan oleh kondisi fisiologis yang
dapat dideteksi secara medis. Hal ini meliputi gangguan fisik dan kesehatan,
gangguan visual, hilangnya pendengaran, dan berbagai hambatan lainya yang
parah.
1. Gangguan fisik dan kesehatan
Adalah kondisi fisik atau medis
yang mengganggu performa di sekolah sedemikian rupa sehingga dibutuhkan cara
mengajar, bahan ajar, perlengkapan atau fasilitas tertentu yang khusus. Siswa
yang termasuk dalam kategori ini mungkin memiliki energi dan kekuatan yang
terbatas, kewaspadaan mental yang menurun, atau kontrol otot yang rendah.
Karakteristik umum cukup sulit
menggeneralisasi siswa-siswa yang mengalami gangguan fisik dan kesehatan karena
kondisi mereka begitu berbeda satu sama lain. Meskipun demikian, ada bebrapa
karakteristik umum yang patut dicatat yaitu :
-
Kemampuan belajar yang normal
-
Stamnina rendah dan mudah lelah
-
Peluang yang kecil untuk mengalami
dan berinteraksi dengan dunia luar yang berhubungan
dengan pembelajaran
-
Rasa harga diri rendah, rasa tidak
aman atau terlalu bergantung, dengan bergantung sebagian atau bagaimana orang
tua dan orang lain merespon masalah yang mereka
alami.
Mengadaptasi intruksi meskipun kita tidak perlu harus
selalu memodifikasi kurikulum akademik agar sesuai dengan kebutuhan siswa-siswa
yang mengalami gangguan fisik dn kesehatan, kami tentu ingin mengemukakan
beberapa saran berikut :
a. Cobalah peka terhadap kebutuhan khusus dan hambatan yang
mereka alami, dan akomodasi kepentingan mereka secara fleksibel
b. Perlu tahu apa yang harus dilakukan dalam kondisi darurat
c. Apabila para siswa dan orang tua mengijinkan, dididiklah
teman-teman kelasnya hakikat kondisi ketidak mampuan yang dialami oleh beberapa
siswa
2. Gangguan visual
Siswa yang mengalami gangguan
visual mengalami malfungsi di mata atau saraf optik yang menghambat mereka melihat
secara normal meskipun mengenakan kacamata. Sebagai akibatnya, performa sekolah
mereka turut terganggu. Gangguan visual disebabkan oleh abnormalitas bawaan
atau kerusakan entah dimata ataupun jalan kecil visual ke otak.[4]
Indera
penglihatan adalah salah satu indera penting dalam menerima informasi yang
datang dari luar dirinya. Melalui indera penglihatan, seseorang mampu melakukan
pengamatan terhadap dunia sekitar, tidak saja pada bentuknya, tetapi juga
pengamatan terhadap dinamikanya. Melalui indera ini pula sebagaian besar
rangsang atau informasi akan diterima dan untuk selanjutnya diteruskan ke otak,
sehingga timbul kesan atau persepsi dan pengertian tertentu terhadap rangsangan
tersebut.[5]
Karakteristik umum siswa yang
mengalami gangguan visual biasanya memiliki beberapa atau semua dari
karakteristik-karakteristik tersebut :
1. Indera lainya berfungsi normal (pendengaran, sentuhan dan
lain sebagainya)
2. Secara umum memiliki kemampuan belajar yang sama dengan
siswa normal
3. Menurunya kapasitas untuk meniru perilaku orang lain
4. Perbendaharaan kata dan pengetahuan umum yang lebih
terbatas
Beberapa strategi berikut ini dapat membantu siswa
yang mengalami gangguan visual dalam kelas pendidikan umum :
1. Perkenalkan siswa tata-ruang dan tata letak ruang kelas
2. Gunakan materi-materi visual dengan warna yang kontras
3. Berikan waktu ekstra untuk belajar dan memperlihatkan
performa.[6]
3. Kehilangan pendengaran
Pendengaran
adalah salah satu cara utama untuk mendapatkan informasi tentang lingkungan.
Bagi sebagian besar manusia, pendengaran merupakan saluran utama untuk
berkomunikasi dan sarana untuk mendengarkan berbagai macam termasuk
pembelajaran.[7]
Siswa yang kehilangan pendengaran
mengalami malfungsi telinga atau saraf-saraf terkait yang mengganggu persepsi
terhadap suara yang rentang frekuensi bicara orang normal.
Anak yang
mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh
kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengar sehingga
ia mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya. Ia memerlukan bimbingan dan
pendidikan khusus untuk mencapai kehidupan lahir batin yang layak.
Perkembangan
bahasa dan bicara berkaitan erat dengan ketajaman pendengaran. Akibat terbatasnya
ketajaman pendengaran, anak yang mengalami kekurangan pendengaran tidak mampu
mendengar dengan baik. Dengan demikian pada anak yang mempunyai masalah
pendengaran tidak terjadi proses peniruan suara setelah masa meraban, proses
peniruannya hanya terbatas pada peniruan visual. Selanjutnya dalam perkembangan
bicara dan bahasa, anak yang mempunyai masalah pendengarannya memerlukan
pembinaan secara khusus dan intensif sesuai dengan kemampuan dan taraf
ketunarunguannya.
Pada
umumnya intelegensi anak yang mengalami masalah dalam mendengar secara
potensial sama dengan anak normal, tetapi secara fungsional perkembangannya
dipengaruhi oleh tingkat kemampuan berbahasanya, keterbatasan informasi, dan
kiranya daya abstraki anak. Akibat ketidak mampuannya dalam mendengar
memnghambat proses pencapaian pengetahuan yang lebih luas. Dengan demikian
perkembangan intelegensi secara fungsional terhambat. Perkembangan kognitif
anak yang kurang dalam pendengaran sangat dipengaruhi oleh perkembangan bahasa,
sehingga hambatan pada bahasa akan menghambat perkembangan intelegensi anak
tunarungu.[8]
Karakteristik umum sebagian besar siswa yang mengalami masalah pendengaran memiliki kemampuan
intelektual yang normal, meskipun demikian mereka memiliki
karakteristik-karakteristik sebagai berikut :
1. Keterlambatan dalam perkembangan bahasa karena kurangnya
paparan terhadap bahasa lisan
2. Memiliki pengetahuan untuk membaca gerak bibir
3. Bahasa lisan tidak berkembang sebaik teman-teman sekelas
4. Pengetahuan umum terbatas karena kurangnya ekposure
terhadap bahasa lisan
5. Keterampilan sosial terbatas..
Mengadaptasi intruksi para spesialis biasanya memberikan
pelatihan keterampilan komunikasi seperti pengejaan dengan jari, dan membaca
gerak bibir. Melalui tambahan-tambahan ini kurikulum sekolah reguler cocok
untuk siswa yang mengalami kehilangan pendengaran :
a. Meminimalkan kebisingan yang tidak perlu
b. Lengkapi presentasi auditori dengan informasi visual dan
aktivitas konkret
c. Berkomunikasilah dengan cara-cara sedemikian rupa
sehingga membantu siswa mendengar dan mampu membaca gerak bibir
4. Hambatan yang parah dan majemuk
Siswa yang mengalami hambatan yang
parah dan majemuk mengalami dua atau lebih hambatan sebagaimana telah
dideskripsikan sebelumnya perlu melakukan adaptasi yang ekstra keras serta
layanan yang sangat khusus agar dapat mengikuti suatu program pendidikan.
Karakteristik umum kita biasanya mengamati banyak dari karakteristik-karakteristik
berikut ini pada siswa yang mengalami hambatan parah dan majemuk :
1. Tingkat fungsi intelektual bervariasi (beberapa siswa
sebelumnya memiliki intelegensi rata-rata, namun tidak terlihat karena hambatan
komunikasi)
2. Keterampilan berkomunikasi yang terbatas
3. Perilaku adaptif terbatas (misalnya keterampilan sosial
dan keterampilan merawat diri)
4. Kerusakan sensoris yang ringan atau besar
5. Kebutuhan medis yang besar (misalnya pengobatan,
pemasangan pipa ke pembuluh darah)
Mengadaptasi intruksi apabila kita memiliki siswa yang
mengalami hambatan yang parah dan majemuk di kelas, kita tentu saja perlu
bekerja sama dengan satu atau lebih spesialis ataupun guru yang dapat membantu
pendidikan mereka. Berikut ini adalah sejumlah strategi yang dapat mendorong
keberhasilan intervensi yang diberikan dalam komunitas kelas :
1. Ajarkan perilaku dan keterampilan yang sangat penting
bagi kebaikan umum siswa dan keberhasilanya di kelas
2. Pasangkan siswa tersebut dengan siswa yang mengalami
hambatan atau ketidakmampuan ataupun dengan siswa normal dalam aktivitas yang
sama.
3. Pertahankan cara berfikir bahwa semua siswa dapat dan
seharusnya berpartisipasi dalam aktivitas di kelas semaksimal mungkin.
5. Rekomendasi umum
Selain strategi-strategi yang
telah kita identifikasi untuk menangani hambatan fisik yang spesifik, ada
beberapa strategi umum yang dapat diterapkan pada semua siswa yang mengalami
kendala fisik dan sensori :
1. Pastikan bahwa semua siswa memiliki akses untuk
memperoleh sumber daya dan kesempatan pendidikan yang penting
2. Berikan bantuan banyak ketika siswa betul-betul untuk
membutuhkanya
3. Gunakan tekhnologi untuk memfasilitasi kegiatan belajar
dan performa.[9]
D. Siswa dengan perkembangan kognitif yang tinggi
Banyak siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi, entah dibidang
tertentu ataupun di berbagai bidang, yang
membutuhkan atensi dan dorongan kita. Anda sebaiknya menganggap siswa dengan
perkembangan kognitif yang tinggi sebagai berada dalam suatu kontinum kemampuan
alih-alih sebagai kategori yang berbeda-beda, dan dalam kenyataan, kita ingin
menumbuhkembangkan bakat dan talenta khusus yang dibawa semua siswa ke dalam
kelas. Meskipun demikian, beberapa siswa yakni mereka yang berbakat berkembang
sedemikian jauh diatas rata-rata sehingga membutuhkan layanan khusus.
Secara umum keberbakatan didefinisikan sebagai kemampuan
atau bakat yang sangat tinggi disatu atau lebih bidang (menulis kreatif, seni
atau musik) sedemikian rupa sehingga siswa membutuhkan layanan pendidikan khusus agar dapat mengembangkan
potensinya itu sepenuhnya.
Karakteristik umum semua siswa
berbakat juga berbeda-beda dalam hal kekuatan dan talenta mereka yang unik, dan
mereka yang memperlihatkan talenta yang luar biasa disalah satu bidang dapat
saja hanya memperlihat kemampuan rata-rata dibidang lainya. Meskipun demikian,
banyak siswa berbakat memiliki karakteristik-kaakteristik sebagai berikut :
1. Kemampuan berbahasa yang tinggi, dan keterampilan membaca
diatas rata-rata
2. Kemampuan belajar lebih cepat, mudah dan mandiri
dibandingkan dengan teman-teman sebayanya.
3. Proses kognitif dan stategi belajar yang lebih canggih
dan efisien
4. Konsep diri yang positif, tentunya dalam kaitan-kaitan
usaha akademis
5. Perekembangan sosial dan penyesuaian emosi diatas
rata-rata (meskipun beberapa siswa berbakat yang ekstrim mungkin mengalami
kesulitan karena mereka sangat berbeda dari teman-teman sebayanya).
Siswa dapat berbakat, tetapi juga memiliki suatu
hambatan, seperti misalnya kesulitan belajar, serta gangguan emosi serta
perilaku. Dalam merencankan pengajaran bagi siswa semacam itu, selain
menumbuhkembangkan bakat-bakatnya yang unik, kita juga harus menyikapi secara
baik hambatan khusus yang dialami.
Kita dapat membantu perkembangan kemampuan dan talenta
khusus dari siswa-siswa berbakat melalui beberapa cara berikut ini :
1. Berikan tugas-tugas yang terindividualisasi (tugas-tugas
yang sesuai dengan siswa)
2. Bentuklah kelompok belajar yang berisikan siswa-siswa
yang memiliki minat dan kemampuan yang serupa
3. Dorong siswa untuk menetapkan sasaran yang tinggi
4. Carilah sumber daya dari luar.[10]
III.
KESIMPULAN
Banyak siswa yang pernah mengalami masalah sosial, emosi
atau perilaku yang tidak begitu parah disuatu masa dalam hidupnya, dan
khususnya ketika sedang dilanda stres atau perubahan hidup yang besar dan tidak
biasa. Dalam kategori ini mereka yang mengalami masalah emosi dan perilaku
serta mereka yang tergolong dalam gangguan spektrum autisme :
1. Gangguan emosi dan perilaku
2. Gangguan spektrum autisme
Mayoritas gangguan spektrum auitisme mungkin disebabkan
oleh abnormalitas di otak. Karakteristik umum dari gangguan ini ditandai oleh
adanya gangguan dalam kognisi sosial (misalnya, kemampuan mempertimbangkan
perspektif orang lain).
3. Rekomendasi umum
Siswa yang mengalami hambatan
fisik dan sensori
Beberapa siswa berkebutuhan khusus memiliki masalah fisik
yang jelas yang disebabkan oleh kondisi fisiologis yang dapat dideteksi secara
medis. Hal ini meliputi gangguan fisik dan kesehatan, gangguan visual,
hilangnya pendengaran, dan berbagai hambatan lainya yang parah.
Siswa dengan perkembangan kognitif
yang tinggi
Siswa yang memiliki perkembangan
kognitif yang tinggi biasanya memiliki ciri-ciri karakteristik seperti dibawah
ini:
1. Kemampuan berbahasa yang tinggi, dan keterampilan membaca
diatas rata-rata
2. Kemampuan belajar lebih cepat, mudah dan mandiri
dibandingkan dengan teman-teman sebayanya.
3. Proses kognitif dan stategi belajar yang lebih canggih
dan efisien
4. Konsep diri yang positif, tentunya dalam kaitan-kaitan
usaha akademis
5. Perekembangan sosial dan penyesuaian emosi diatas
rata-rata (meskipun beberapa siswa berbakat yang ekstrim mungkin mengalami
kesulitan karena mereka sangat berbeda dari teman-teman sebayanya).
IV.
PENUTUP
Demikianlah makalah ini kami
sampaikan dengan keterbatasan pengetahuan yang kami miliki. Tentunya kritik dan
saran sangat kami harapkan guna memperbaiki makalah yang akan datang. Semoga
makalah ini bermanfaat untuk kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson, Rita L. Pengantar Psikologi. Interaksara.
Batam: 1992
Ellis Ormrod, Jeanne. Psikologi pendidikan. Erlangga.
Jakarta: 2002
Soematri, Sutjihati. Psikologi anak luar biasa. Rafika
Aditama. Bandung: 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar