Senin, 07 Agustus 2017

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

       I.            RUMUSAN MASALAH
A.    Bagaimana siswa yang mengalami masalah sosial dan perilaku?
B.     Bagaimana siswa yang mengalami keterlambatan umum dalam fungsi kognitif dan sosial?
C.     Bagaimana siswa yang mengalami hambatan fisik dan sensori?
D.    Bagaimana siswa dengan perkembangan kognitif yang tinggi?



    II.            PEMBAHASAN
A.    Siswa yang mengalami masalah sosial dan perilaku
Banyak siswa yang pernah mengalami masalah sosial, emosi atau perilaku yang tidak begitu parah disuatu masa dalam hidupnya, dan khususnya ketika sedang dilanda stres atau perubahan hidup yang besar dan tidak biasa.
Meskipun demikian beberapa siswa memperlihatkan pola perilaku bermasalah yang konsisten mengganggu kegiatan belajar dan performa mereka kendati guru dan lingkungan kelasnya kondusif. Dalam pembahasan ini kami akan meninjau dua kelompok siswa yang termasuk dalam kategori ini, mereka yang mengalami masalah emosi dan perilaku serta mereka yang tergolong dalam gangguan spektrum autisme :
1.      Gangguan emosi dan perilaku
Siswa yang mengalami gangguan emosi dan perilaku termasuk dalam kategori siswa yang berkebutuhan khusus dan karenanya berhak memperoleh layanan pendidikan khusus ketika masalah-masalah mereka memiliki pengaruh negatif yang substansial terhadap kegiatan belajar di kelas. Simtom-simtom dari gangguan emosi atau perilaku biasanya dapat digolongkan menjadi suatu kategori besar yaitu, Ekternalizing behaviors (perilaku ke luar) memiliki pengaruh langsung ataupun tidak langsung terhadap orang lain. Dan Internalizing behaviors (perilaku  ke dalam) terutama memenagaruhi siswa yang mengalami gangguan.
Beberapa gangguan emosi dan perilaku dapat diakibatkan oleh faktor-faktor lingkunagn, seperti tekanan hidup, praktik pola asuh yang tidak cocok, perlakuan yang salah terhadap anak atau penyalah gunaan alkohol atau obat-obatan.
Faktor-faktor di sekolah bisa memperparah tantangan yang dihadapi oleh siswa yang sudah mengalami masalah emosi dan perilaku. Perilaku mereka yang tidak sesuai tidak hanya mengganggu prestasi akademik tetapi juga relasinya dengan teman-teman, yang pada giliranya juga kegagalan sosial dan akademik.
Beberapa siswa yang mengalami gangguan emosi dan perilaku juga memiliki  kebutuhan-kebutuhan khusus lain seperti kesulitan belajar, keterbelakangan mental atau keberbakatan.
Mengadaptasi intruksi intervensi yang efektif harus disesuaikan dengan kebutuhan tiap-tiap siswa yang unik, tetapi beberapa strategi dapat membawa manfaat siswa bagi banyak siswa seperti :
a.       Perlihatkan minat terhadap kebaikan dan kemajuan siswa.
b.      Buatlah aktivitas kelas yang relefan dengan minat siswa
c.       Berikan kepada siswa pengertian bahwa mereka memiliki kendali atas situasi-situasi yang mereka alami
d.      Waspadailah tanda-tanda kemungkinan siswa berencana melakukan untuk bunuh diri
Beberapa siswa yang sangat tertekan mungkin saja berfikir untuk mengakhiri hidupnya. Tanda-tanda yang harus diwaspadai adalah sebagai berikut :
-          Menarik diri secara tiba-tiba dari relasi sosial
-          Semakin mengabaikan penampilan pribadi
-          Tiba-tiba sering membicarakan tema kematian dan hal-hal yang mengerikan
Sebagai guru, kita harus mempertimbangkan setiap tada-tanda yang membahayakan ini secara serius. Kita harus memperlihatkan keperdulian yang sangat besar kepada siswa yang berpotensi yang hendak melakukan bunuh diri.
2.      Gangguan spektrum autisme
Mayoritas gangguan spektrum auitisme mungkin disebabkan oleh abnormalitas di otak. Karakteristik umum dari gangguan ini ditandai oleh adanya gangguan dalam kognisi sosial (misalnya, kemampuan mempertimbangkan perspektif orang lain). Keterampilan sosial dan interaksi sosial. Karakteristik umum lainya adalah adanya perilaku repetitif, yaitu sering kali berupa perilaku yang aneh yang jarang dijumpai diantara teman-teman se usia.
Karakteristik umum selain sifat-sifat yang telah disebutkan, siswa yang termasuk dalam gangguan spektrum  autisme  memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut :
a.       Keterampilan berfikir visual-spasial yang kuat
b.      Wawasan yang lemah terhadap pikiran dan perasaanya sendiri
c.       Kontak mata yang minim dengan teman-teman sebaya
d.      Kurang berminat sama sekali mencari penghiburan dari orang lain ketika sedang terluka atau merasa gelisah
e.       Sikap badan gerakan yang abnormal (misalnya, gaya berjalan yang aneh).
Adapun strategi-strategi yang diterapkan dalam menangani anak-anak yang mengalami spektrum  autisme adalah sebagai berikut :
a.       Maksimalkan prediktibilitas dalam penataan kelas dan jadwal mingguan
Banyak siswa yang mengalami gangguan tersebut merasa lebih nyaman dan aman apabila lingkungan fisik mereka tetap sama dan mereka dapat menjalani suatu rutinitas yang dapat diprediksi.
b.      Gunakan pendekatan visual dalam proses belajar mengajar
Karena siswa yang mengalami gangguan tersebut seringkali memiliki keterampilan visual-spasial yang kuat namun mengalami kesulitan dalam keterampilan bahasa.
3.      Rekomendasi umum
Meskipun penyebab gangguan emosi dan perilaku dan gangguan spektrum autisme biasanya sangat berbeda, siswa-siswa yang mengalami salah satu dari kedua bentuk gangguan ini dapat memperoleh manfaat dari beberapa infensi kelas yang sama. Tentunya kita ingin mendorong keberhasilan dalam tugas-tugas akademik, mungkin dengan menggunakan strategi-strategi instruksional yang disajikan sebelumnya untuk siswa-siswa yang mengalami kesulitan kognitif atau akademik tertentu.  Para peneliti dan pendidik berpengalaman juga menawarkan saran-saran berikut ini :
a.       Tekankan berulang kali pentingnya berperilaku sopan di kelas
Meskipun siswa-siswa tertentu yang mengalami hambatan khusus lebih cenderung berperilaku kontraproduktif di kelas dibandingkan banyak teman-temanya, guru jelas dapat membantu mereka berperilaku produktif.
b.      Kembangkan kognisi sosial dan keterampilan interpersonal yang efektif
Siswa butuh kesempatan untuk mempraktikan keterampilan baru mereka, mungkin melalui interaksi sosial terstruktur di kelas ataupun melalui program tambahan bersama orang-orag dewasa muda dalam komunitas.
c.       Tetap gigih dan sabar, dan arahkan usaha anda pada perbaikan yang perlahan-lahan, alih-alih kesuksesan dalam sekejap.
Membantu siswa yang mengalami masalah perilaku sering kali merupakan sebuah pekerjaan yang menantang. Banyak dari siswa-siswi ini pada awalnya akan menolak upaya kita untuk membantu mereka. Mereka mulai mengakui manfaat bimbingan dan dukungan kita hanya setelah melihat konsekuensi alamiah dari perubahan perilaku mereka.[1]

B.     Siswa yang mengalami keterlambatan umum dalam fungsi kognitif dan sosial
Istilah ini untuk mencakup semua siswa yang secara konsisten memperlihatkan pola perkembangan yang lambat. Para pendidikan kadangkala menggunakan istilah pembelajar yang lambat untuk mendeskripsikan siswa yang memperoleh skor inteligensi disekitar angka 70 dan terlihat mengalami kesulitan dalam sebagian besar atau bahkan semua mata pelajaran. Siswa yang secara khusus mengalami kesulitan yang berat dapat diidentifikasi mengidap keterbelakangan mental.
Siswa yang mengalami keterbelakangan mental memperlihatkan keterlambatan yang signifikan disebagian besar aspek perkembangan kognitif dan sosialnya.
Keterbelakangan mental seringkali disebabkan oleh kondisi genetik. Sebagai contoh, sebagian besar anak-anak yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan kognitif. Dalam kasus-kasus lain, penyebabnya adalah faktor-faktor biologis tetapi tidak diturunkan seperti kekurangan gizi atau konsumsi alkohol secara berlebihan selama kehamilan atau kekurangan oksigen dalam proses kelahiran yang sulit. Selain itu juga disebabkan oleh faktor lingkungan seperti diabaikan oleh orang tua, lingkungan rumah yang sangat miskin dan kurang memberikan stimulasi.
Karakteristik umum beberapa siswa yang mengalami keterbelakangan mental adalah sebagai berikut :
a.       Kurangnya pengetahuan umum mengenai dunia
b.      Keterampilan membaca dan berbahasa yang buruk
c.       Kurang atau bahkan sama sekali tidak memiliki strategi-strategi belajar dan strategi memori yang efektif
d.      Kesulitan menggeneralisasi sesuatu yang dipelajari dalam suatu situasi ke situasi yang baru
e.       Keterampilan motorik yang rendah
Adapun strategi-strategi untuk menghadapi siswa yang keterbelakangan mental adalah sebagi berikut :
1.      Berikan intruksi secara perlahan-lahan untuk memastikan mereka dapat mengikuti materi yang disampaikan
2.      Jelaskan tugas-tugas secara konkret, spesifik, dan lengkap
3.      Gunakan scaffolding yang memadai untuk mendorong perhatian dan proses-proses kognitif efektif yang lain
4.      Masukan keterampilan kejuruan dan keterampilan hidup yang umum kedalam kurikulum.[2]

C.    Siswa yang mengalami hambatan fisik dan sensori
Masing-masing organ indera terarah untuk menerima rentang stimuli tertentu yang relefan dengan kelangsungan hidup, terhadap stimuli diluar rentang hidup kita.[3] Beberapa siswa berkebutuhan khusus memiliki masalah fisik yang jelas yang disebabkan oleh kondisi fisiologis yang dapat dideteksi secara medis. Hal ini meliputi gangguan fisik dan kesehatan, gangguan visual, hilangnya pendengaran, dan berbagai hambatan lainya yang parah.
1.      Gangguan fisik dan kesehatan
Adalah kondisi fisik atau medis yang mengganggu performa di sekolah sedemikian rupa sehingga dibutuhkan cara mengajar, bahan ajar, perlengkapan atau fasilitas tertentu yang khusus. Siswa yang termasuk dalam kategori ini mungkin memiliki energi dan kekuatan yang terbatas, kewaspadaan mental yang menurun, atau kontrol otot yang rendah.
Karakteristik umum cukup sulit menggeneralisasi siswa-siswa yang mengalami gangguan fisik dan kesehatan karena kondisi mereka begitu berbeda satu sama lain. Meskipun demikian, ada bebrapa karakteristik umum yang patut dicatat yaitu :
-          Kemampuan belajar yang normal
-          Stamnina rendah dan mudah lelah
-          Peluang yang kecil untuk mengalami dan berinteraksi dengan dunia luar yang berhubungan dengan pembelajaran
-          Rasa harga diri rendah, rasa tidak aman atau terlalu bergantung, dengan bergantung sebagian atau bagaimana orang tua dan orang lain merespon masalah yang mereka alami.
Mengadaptasi intruksi meskipun kita tidak perlu harus selalu memodifikasi kurikulum akademik agar sesuai dengan kebutuhan siswa-siswa yang mengalami gangguan fisik dn kesehatan, kami tentu ingin mengemukakan beberapa saran berikut :
a.       Cobalah peka terhadap kebutuhan khusus dan hambatan yang mereka alami, dan akomodasi kepentingan mereka secara fleksibel
b.      Perlu tahu apa yang harus dilakukan dalam kondisi darurat
c.       Apabila para siswa dan orang tua mengijinkan, dididiklah teman-teman kelasnya hakikat kondisi ketidak mampuan yang dialami oleh beberapa siswa
2.      Gangguan visual
Siswa yang mengalami gangguan visual mengalami malfungsi di mata atau saraf optik yang menghambat mereka melihat secara normal meskipun mengenakan kacamata. Sebagai akibatnya, performa sekolah mereka turut terganggu. Gangguan visual disebabkan oleh abnormalitas bawaan atau kerusakan entah dimata ataupun jalan kecil visual ke otak.[4]
Indera penglihatan adalah salah satu indera penting dalam menerima informasi yang datang dari luar dirinya. Melalui indera penglihatan, seseorang mampu melakukan pengamatan terhadap dunia sekitar, tidak saja pada bentuknya, tetapi juga pengamatan terhadap dinamikanya. Melalui indera ini pula sebagaian besar rangsang atau informasi akan diterima dan untuk selanjutnya diteruskan ke otak, sehingga timbul kesan atau persepsi dan pengertian tertentu terhadap rangsangan tersebut.[5]
Karakteristik umum siswa yang mengalami gangguan visual biasanya memiliki beberapa atau semua dari karakteristik-karakteristik tersebut :
1.      Indera lainya berfungsi normal (pendengaran, sentuhan dan lain sebagainya)
2.      Secara umum memiliki kemampuan belajar yang sama dengan siswa normal
3.      Menurunya kapasitas untuk meniru perilaku orang lain
4.      Perbendaharaan kata dan pengetahuan umum yang lebih terbatas
Beberapa strategi berikut ini dapat membantu siswa yang mengalami gangguan visual dalam kelas pendidikan umum :
1.      Perkenalkan siswa tata-ruang dan tata letak ruang kelas
2.      Gunakan materi-materi visual dengan warna yang kontras
3.      Berikan waktu ekstra untuk belajar dan memperlihatkan performa.[6]
3.      Kehilangan pendengaran
Pendengaran adalah salah satu cara utama untuk mendapatkan informasi tentang lingkungan. Bagi sebagian besar manusia, pendengaran merupakan saluran utama untuk berkomunikasi dan sarana untuk mendengarkan berbagai macam termasuk pembelajaran.[7]
Siswa yang kehilangan pendengaran mengalami malfungsi telinga atau saraf-saraf terkait yang mengganggu persepsi terhadap suara yang rentang frekuensi bicara orang normal.
Anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengar sehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya. Ia memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus untuk mencapai kehidupan lahir batin yang layak.
Perkembangan bahasa dan bicara berkaitan erat dengan ketajaman pendengaran. Akibat terbatasnya ketajaman pendengaran, anak yang mengalami kekurangan pendengaran tidak mampu mendengar dengan baik. Dengan demikian pada anak yang mempunyai masalah pendengaran tidak terjadi proses peniruan suara setelah masa meraban, proses peniruannya hanya terbatas pada peniruan visual. Selanjutnya dalam perkembangan bicara dan bahasa, anak yang mempunyai masalah pendengarannya memerlukan pembinaan secara khusus dan intensif sesuai dengan kemampuan dan taraf ketunarunguannya.
Pada umumnya intelegensi anak yang mengalami masalah dalam mendengar secara potensial sama dengan anak normal, tetapi secara fungsional perkembangannya dipengaruhi oleh tingkat kemampuan berbahasanya, keterbatasan informasi, dan kiranya daya abstraki anak. Akibat ketidak mampuannya dalam mendengar memnghambat proses pencapaian pengetahuan yang lebih luas. Dengan demikian perkembangan intelegensi secara fungsional terhambat. Perkembangan kognitif anak yang kurang dalam pendengaran sangat dipengaruhi oleh perkembangan bahasa, sehingga hambatan pada bahasa akan menghambat perkembangan intelegensi anak tunarungu.[8]
Karakteristik umum sebagian besar siswa yang mengalami masalah pendengaran memiliki kemampuan intelektual yang normal, meskipun demikian mereka memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut :
1.      Keterlambatan dalam perkembangan bahasa karena kurangnya paparan terhadap bahasa lisan
2.      Memiliki pengetahuan untuk membaca gerak bibir
3.      Bahasa lisan tidak berkembang sebaik teman-teman sekelas
4.      Pengetahuan umum terbatas karena kurangnya ekposure terhadap bahasa lisan
5.      Keterampilan sosial terbatas..
Mengadaptasi intruksi para spesialis biasanya memberikan pelatihan keterampilan komunikasi seperti pengejaan dengan jari, dan membaca gerak bibir. Melalui tambahan-tambahan ini kurikulum sekolah reguler cocok untuk siswa yang mengalami kehilangan pendengaran :
a.       Meminimalkan kebisingan yang tidak perlu
b.      Lengkapi presentasi auditori dengan informasi visual dan aktivitas konkret
c.       Berkomunikasilah dengan cara-cara sedemikian rupa sehingga membantu siswa mendengar dan mampu membaca gerak bibir

4.      Hambatan yang parah dan majemuk
Siswa yang mengalami hambatan yang parah dan majemuk mengalami dua atau lebih hambatan sebagaimana telah dideskripsikan sebelumnya perlu melakukan adaptasi yang ekstra keras serta layanan yang sangat khusus agar dapat mengikuti suatu program pendidikan.
Karakteristik umum kita biasanya mengamati banyak dari karakteristik-karakteristik berikut ini pada siswa yang mengalami hambatan parah dan majemuk :
1.      Tingkat fungsi intelektual bervariasi (beberapa siswa sebelumnya memiliki intelegensi rata-rata, namun tidak terlihat karena hambatan komunikasi)
2.      Keterampilan berkomunikasi yang terbatas
3.      Perilaku adaptif terbatas (misalnya keterampilan sosial dan keterampilan merawat diri)
4.      Kerusakan sensoris yang ringan atau besar
5.      Kebutuhan medis yang besar (misalnya pengobatan, pemasangan pipa ke pembuluh darah)
Mengadaptasi intruksi apabila kita memiliki siswa yang mengalami hambatan yang parah dan majemuk di kelas, kita tentu saja perlu bekerja sama dengan satu atau lebih spesialis ataupun guru yang dapat membantu pendidikan mereka. Berikut ini adalah sejumlah strategi yang dapat mendorong keberhasilan intervensi yang diberikan dalam komunitas kelas :
1.      Ajarkan perilaku dan keterampilan yang sangat penting bagi kebaikan umum siswa dan keberhasilanya di kelas
2.      Pasangkan siswa tersebut dengan siswa yang mengalami hambatan atau ketidakmampuan ataupun dengan siswa normal dalam aktivitas yang sama.
3.      Pertahankan cara berfikir bahwa semua siswa dapat dan seharusnya berpartisipasi dalam aktivitas di kelas semaksimal mungkin.
5.      Rekomendasi umum
Selain strategi-strategi yang telah kita identifikasi untuk menangani hambatan fisik yang spesifik, ada beberapa strategi umum yang dapat diterapkan pada semua siswa yang mengalami kendala fisik dan sensori :
1.      Pastikan bahwa semua siswa memiliki akses untuk memperoleh sumber daya dan kesempatan pendidikan yang penting
2.      Berikan bantuan banyak ketika siswa betul-betul untuk membutuhkanya
3.      Gunakan tekhnologi untuk memfasilitasi kegiatan belajar dan performa.[9]

D.    Siswa dengan perkembangan kognitif yang tinggi
Banyak siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi, entah dibidang tertentu ataupun di berbagai bidang, yang membutuhkan atensi dan dorongan kita. Anda sebaiknya menganggap siswa dengan perkembangan kognitif yang tinggi sebagai berada dalam suatu kontinum kemampuan alih-alih sebagai kategori yang berbeda-beda, dan dalam kenyataan, kita ingin menumbuhkembangkan bakat dan talenta khusus yang dibawa semua siswa ke dalam kelas. Meskipun demikian, beberapa siswa yakni mereka yang berbakat berkembang sedemikian jauh diatas rata-rata sehingga membutuhkan layanan khusus.
Secara umum keberbakatan didefinisikan sebagai kemampuan atau bakat yang sangat tinggi disatu atau lebih bidang (menulis kreatif, seni atau musik) sedemikian rupa sehingga siswa membutuhkan layanan pendidikan khusus agar dapat mengembangkan potensinya itu sepenuhnya.
Karakteristik umum semua siswa berbakat juga berbeda-beda dalam hal kekuatan dan talenta mereka yang unik, dan mereka yang memperlihatkan talenta yang luar biasa disalah satu bidang dapat saja hanya memperlihat kemampuan rata-rata dibidang lainya. Meskipun demikian, banyak siswa berbakat memiliki karakteristik-kaakteristik sebagai berikut :
1.      Kemampuan berbahasa yang tinggi, dan keterampilan membaca diatas rata-rata
2.      Kemampuan belajar lebih cepat, mudah dan mandiri dibandingkan dengan teman-teman sebayanya.
3.      Proses kognitif dan stategi belajar yang lebih canggih dan efisien
4.      Konsep diri yang positif, tentunya dalam kaitan-kaitan usaha akademis
5.      Perekembangan sosial dan penyesuaian emosi diatas rata-rata (meskipun beberapa siswa berbakat yang ekstrim mungkin mengalami kesulitan karena mereka sangat berbeda dari teman-teman sebayanya).
Siswa dapat berbakat, tetapi juga memiliki suatu hambatan, seperti misalnya kesulitan belajar, serta gangguan emosi serta perilaku. Dalam merencankan pengajaran bagi siswa semacam itu, selain menumbuhkembangkan bakat-bakatnya yang unik, kita juga harus menyikapi secara baik hambatan khusus yang dialami.
Kita dapat membantu perkembangan kemampuan dan talenta khusus dari siswa-siswa berbakat melalui beberapa cara berikut ini :
1.      Berikan tugas-tugas yang terindividualisasi (tugas-tugas yang sesuai dengan siswa)
2.      Bentuklah kelompok belajar yang berisikan siswa-siswa yang memiliki minat dan kemampuan yang serupa
3.      Dorong siswa untuk menetapkan sasaran yang tinggi
4.      Carilah sumber daya dari luar.[10]


 III.            KESIMPULAN
Banyak siswa yang pernah mengalami masalah sosial, emosi atau perilaku yang tidak begitu parah disuatu masa dalam hidupnya, dan khususnya ketika sedang dilanda stres atau perubahan hidup yang besar dan tidak biasa. Dalam kategori ini mereka yang mengalami masalah emosi dan perilaku serta mereka yang tergolong dalam gangguan spektrum autisme :
1.      Gangguan emosi dan perilaku
2.      Gangguan spektrum autisme
Mayoritas gangguan spektrum auitisme mungkin disebabkan oleh abnormalitas di otak. Karakteristik umum dari gangguan ini ditandai oleh adanya gangguan dalam kognisi sosial (misalnya, kemampuan mempertimbangkan perspektif orang lain).
3.      Rekomendasi umum

Siswa yang mengalami hambatan fisik dan sensori
Beberapa siswa berkebutuhan khusus memiliki masalah fisik yang jelas yang disebabkan oleh kondisi fisiologis yang dapat dideteksi secara medis. Hal ini meliputi gangguan fisik dan kesehatan, gangguan visual, hilangnya pendengaran, dan berbagai hambatan lainya yang parah.
Siswa dengan perkembangan kognitif yang tinggi
Siswa yang memiliki perkembangan kognitif yang tinggi biasanya memiliki ciri-ciri karakteristik seperti dibawah ini:
1.      Kemampuan berbahasa yang tinggi, dan keterampilan membaca diatas rata-rata
2.      Kemampuan belajar lebih cepat, mudah dan mandiri dibandingkan dengan teman-teman sebayanya.
3.      Proses kognitif dan stategi belajar yang lebih canggih dan efisien
4.      Konsep diri yang positif, tentunya dalam kaitan-kaitan usaha akademis
5.      Perekembangan sosial dan penyesuaian emosi diatas rata-rata (meskipun beberapa siswa berbakat yang ekstrim mungkin mengalami kesulitan karena mereka sangat berbeda dari teman-teman sebayanya).

 IV.            PENUTUP
Demikianlah makalah ini kami sampaikan dengan keterbatasan pengetahuan yang kami miliki. Tentunya kritik dan saran sangat kami harapkan guna memperbaiki makalah yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua.



DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, Rita L. Pengantar Psikologi. Interaksara. Batam: 1992
Ellis Ormrod, Jeanne. Psikologi pendidikan. Erlangga. Jakarta: 2002
Soematri, Sutjihati. Psikologi anak luar biasa. Rafika Aditama. Bandung: 2006




[1] Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi pendidikan, Erlangga, Jakarta 2002. Hlm : 242-248
[2] Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi pendidikan, Erlangga, Jakarta 2002. Hlm : 248-250
[3] Rita L. Atkinson, Pengantar Psikologi, Interaksara, Batam 1992. Hlm : 214
[4] Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi pendidikan, Erlangga, Jakarta 2002. Hlm : 250
[5] Sutjihati Soematri, Psikologi anak luar biasa, Rafika Aditama, Bandung 2006. Hlm : 67
[6] Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi pendidikan, Erlangga, Jakarta 2002. Hlm : 252-253
[7] Rita L. Atkinson, Pengantar Psikologi, Interaksara, Batam 1992. Hlm : 245
[8] Sutjihati Soematri, Psikologi anak luar biasa, Rafika Aditama, Bandung 2006. Hlm : 94-97
[9] Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi pendidikan, Erlangga, Jakarta 2002. Hlm : 253-256
[10] Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi pendidikan, Erlangga, Jakarta 2002. Hlm : 257-260

Tidak ada komentar:

Posting Komentar