I.
II.
RUMUSAN
MASALAH
A. Apakah yang dimaksud dengan mental
sehat?
B. Bagaimana karakteristik mental sehat ?
C. Bagaimana langkah yang harus ditempuh
dalam mencapai mental yang sehat?
III.
PEMBAHASAN
A. Pengertian mental sehat
1. Pandangan mental sehat secara umum
Sehat mental yaitu kondisi mental
yang tumbuh dan didasari motivasi yang kuat ingin meraih kualitas diri yang
lebih baik, baik dalam kehidupan keluarga, kehidupan kerja, maupun sisi
kehidupan lainnya. Sementara mental tidak sehat yaitu orang yang meskipun secara
potensial memiliki kemampuan, tetapi tidak punya keinginan dan usaha untuk
mengaktualisasikan potensinya itu secara optimal.
Sehat mental yaitu kondisi mental
yang tumbuh dan didasari motivasi yang kuat ingin meraih kualitas diri yang
lebih baik, baik dalam kehidupan keluarga, kehidupan kerja, maupun sisi
kehidupan lainnya. Sementara mental tidak sehat yaitu orang yang meskipun
secara potensial memiliki kemampuan, tetapi tidak punya keinginan dan usaha
untuk mengaktualisasikan potensinya itu secara optimal.
Colleman dan Broen, Jr. Menyatakan
ada enam sifat orang yang sehat mental :[1]
a. Sikap terhadap diri sendiri yang
positif
b. Persepsi atas realitas
c. Keutuhan
d. Kompetensi
e. Otonomi
f. Pertumbuhan atau aktualisasi diri
Sementara itu Killander
mengidentikkan orang yang mentalnya sehat dengan apa yang disebutnya sebagai
individu yang normal. Mereka adalah orang-orang yang memperlihatkan diri
memiliki :
a. Kematangan emosional
Terdapat tiga dasar
emosi, yaitu cinta, takut dan marah. Kita mencintai hal yang membuat kita
senang, takut kalau ada hal yang mengancam rasa aman kita, dan marah kalau ada
yang mengganggu kita. Terdapat tiga ciri perilaku dan pemikiran pada orang yang
emosinya disebut matang, yaitu memiliki displin diri, determinasi diri, dan
kemandirian.
b. Kemampuan menerima realitas
Orang yang memiliki
kemampuan untuk menerima realitas antara lain memperlihatkan perilaku mampu
memecahkan masalah dengan segera dan menerima tanggung jawab.
c. Hidup bersama dan bekerja sama dengan
orang lain
Ciri normal secara
sosial ini antara lain terlihat pada adanya kemampuan dan kemauan untuk
mempertimbangkan minat dan keinginan orang lain dalam tindakan-tindakan
sosialnya, mampu menemukan dan memanfaatkan perbedaan pandangan dengan orang
lain, dan mempunyai tanggung jawab sosial serta merasa bertanggung jawab
terhadap nasib orang lain.
d. Memiliki filsafat atau pandangan hidup
Yang dimaksud dengan
memiliki falsafat hidup adalah memiliki pegangan hidup yang dapat senantiasa
membimbingnya untuk berada dalam jalan yang benar.
Orang yang sehat mentalnya adalah
orang-orang yang mampu merasakan kebahagian dalam hidup, karena orang-orang
inilah yang dapat merasa bahwa dirinya berguna, berharga dan mampu menggunakan
segala potensi dan bakatnya semaksimal mungkin, yang membawa kebahagiaan
bagi dirinya sendiri dan orang lain. Di
samping itu, ia mampu menyesuaikan diri dalam arti yang luas (dengan dirinya,
orang lain, dan suasana sekitar). Orang-orang inilah yang terhindar dari
kegelisahan dan gangguan jiwa, serta tetap terpelihara moralnya.
Maka orang yang sehat mentalnya,
tidak akan merasa ambisius, sombong, rendah diri dan apatis, tapi ia adalah
wajar, menghargai orang lain, merasa percaya kepada diri sendiri dan selalu
gesit. Setiap tindak dan tingkah lakunya, ditunjukkan untuk mencari kebahagiaan
bersama, bukan kesenangan dirinya sendiri. Kepandaian dan pengetahuan yang
dimilikinya digunakan untuk kemanfaatan
dan kebahagiaan bersama. Kekayaan dan kekuasaan yang ada padanya, bukan untuk
bermegah-megahaan dan mencari kesenangan diri sendiri, tanpa mengindahkan orang
lain, akan tetapi digunakannya untuk menolong orang yang miskin dan melindungi
orang yang lemah. Seandainya semua orang sehat mentalnya, tidak akan ada
penipuan, penyelewengan, pemerasan, pertentangan dan perkelahian dalam
masyarakat, karena mereka menginginkan dan mengusahakan semua orang dapat
merasakan kebahagiaan, aman tentram, saling mencintai dan tolong-menolong.[2]
Jadi, dapat diambil
kesimpulan bahwa perilaku sehat atau mental sehat ialah perilaku yang dilandasi
oleh pemanfaatan potensi pikir yang efektif dan optimal serta siap digunakan,
emosionalitas yang stabil dan dewasa, motivasi atau kemauan yang terarah dan
bersumber dari diri sendiri.
2. Pandangan mental sehat dalam Islam
Sehat
dalam pandangan Islam adalah sehat lahir dan batin. Sehat lahir adalah ditandai
dengan seluruh komponen jasmani atau tubuh berfungsi sebagaimana mestinya.
Sehat badan adalah terhindarnya rohani dan nafsani dari berbagai penyakit.
Sehat nafsani yaitu jiwa terbebas dari segala gangguan dan penyakit jiwa. Sehat
rohani yaitu ruh bersih dari segala penyakit rohani. Semua komponen ini diikuti
dengan kemampuan melaksanakan tuntunan dan kewajiban agama. Artinya, dalam
perspektif kesehatan mental Islam, manusia yang sehat jasmani dan jiwanya,
tetapi tidak dapat melaksanakan ketentuan dan kewajiban agama, maka ia dapat
dikatakan sakit.[3]
Istilah
kesehatan mental adalah istilah baru tetapi yang dimaksudkan disini adalah
kebahagiaan (sa’adah). Di dalam Al-Quran terdapat pembicaraan tentang
dua macam kebahagiaan yaitu kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat.
Dalam Hadis kebahagiaan selalu berarti kebahagiaan di dunia, maka selalu ada
hubungan dengan kebahagiaan di akhirat. Sebab Al-Quran dan Hadis menganggap
dunia ini hanyalah tempat persiapan untuk hari akhirat.
Sesungguhnya
merealisasikan keseimbangan dalam proses memenuhi kebutuhan fisik dan spiritual
merupakan syarat utama untuk mewujudkan kepribadian mantap yang pada gilirannya
akan menghasilkan mental yang sehat. Mental seperti inilah yang di singgung di
dalam Al-Qur-anul Karim dengan term an-nafsul muthma’innah. Manusia yang
berkepribadian mantap tidak lain adlah orang yang memiliki an-nafsul
muthma’innah, yakni orang yang fisiknya sehat dan kuat, mampu melampiaskan
kebutuhan primernya dengan cara yang halal, dan memenuhi kebutuhan spiritualnya
dengan cara berpegang teguh pada akidah tauhid mendekatkan diri kepada Allah
Ta’ala dengan menjalankan ibadah dan amal sholeh, serta menjauhi
perbuatan-perbuatan buruk dan hal-hal yang mendatangkan murka Allah SWT.[4]
Al-Ghazali,
Ibnu Qayyim dan Najati berpendapat bahwa, individu yang sehat mentalnya adalah
individu yang mempunyai qalbun salim (hati bersih) yang mampu mewujudkan
keharmonisan antara fungsi-fungsi jasmani dan rohani, mampu memenuhi kebutuhan
keduanya dan menyelaraskan dengan batasan-batasan sesuai perintah Allah.[5]
B.
Karakteristik
mental sehat
1. Karakteristik mental sehat secara umum
Karakteristik
pribadi yang sehat mentalnya akan dijelaskan pada tabel sebagai berikut (Syamsu
Yusuf LN ; 1987):
ASPEK
PRIBADI
|
KARAKTERISTIK
|
Fisik
|
a. Perkembangannya normal.
b. Berfungsi untuk melakukan
tugas-tugasnya.
c. Sehat, tidak sakit-sakitan.
|
Psikis
|
a. Respek terhadap diri sendiri dan
orang lain.
b. Memiliki Insight dan rasa humor.
c. Memiliki respons emosional yang
wajar.
d. Mampu berpikir realistik dan
objektif.
e. Terhindar dari gangguan-gangguan
psikologis.
f. Bersifat kreatif dan inovatif.
g. Bersifat terbuka dan fleksibel, tidak
difensif.
h. Memiliki perasaan bebas untuk
memilih, menyatakan pendapat dan bertindak.
|
Sosial
|
a. Memiliki perasaan empati dan rasa
kasih sayang (affection) terhadap orang lain, serta senang untuk
b. Memberikan pertolongan kepada
orang-orang yang
c. Memerlukan pertolongan (sikap
alturis).
d. Mampu berhubungan dengan orang lain
secara sehat, penuh cinta kasih dan persahabatan.
e. Bersifat toleran dan mau menerima
tanpa memandang kelas sosial, tingkat pendidikan, politik, agama, suku, ras,
atau warna kulit.
|
Moral-Religius
|
a. Beriman kepada Allah, dan taat
mengamalkan ajaran-Nya.
b. Jujur, amanah (bertanggung jawab),
dan ikhlas dalam beramal.[6]
|
Seorang tokoh yang bernama
Alexander A. Schneiders dalam bukunya yang berjudul Personality Dynamics and
Mental Health, mengemukakan beberapa kriteria yang sangat penting dan dapat
digunakan untuk menilai kesehatan mental. Kriteria tersebut antara lain (
Schneiders):
a. Pengendalian dan Integrasi Pikiran dan
Tingkah Laku
b. Perasaan-perasaan dan Emosi ynag
Positif dan Sehat
c. Tercapai kebahagiaan pribadi dan orang
lain
d. Ketenangan dan Kedamaian Fikiran
e. Sikap-sikap yang Sehat
f. Memanfaatkan potensi semaksimal mungkin[7]
2. Karakteristik mental sehat dalam Islam
Terdapat
ciri-ciri sikap keberagamaan dalam diri seseorang yang mempunyai mental sehat antara
lain sebagai berikut:
a.
Menerima
kebenaran agama berdasarkan pemikiran yang matang, bukan sekedar ikut-ikutan.
b.
Cenderung
bersifat realis, sehingga norma-norma agama lebih banyak diaplikasikan dalam
sikap dan tingkah laku.
c.
Bersikap
positif terhadap ajaran dan norma-norma agama dan berusaha untuk mempelajari
dan memperdalam pemahaman keagamaan.
d.
Tingkat
ketaatan beragama di dasarkan atas pertimbangan dan tanggung jawab diri hingga
sikap keberagamaan merupakan realisasi dari sikap hidup.
e.
Bersikap lebih
terbuka dan wawasan yang lebih luas.
f.
Bersikap lebih
kritis terhadap materi ajaran agama sehingga kemantapan beragama selain di
dasarkan atas pertimbangan pikiran dan hati nurani.
g.
Sikap
keberagamaan cenderung mengarah kepada tipe-tipe kepribadian masing-masing.
h.
Terlihat adanya
hubungan antara sikap dan keberagamaan dengan kehidupan sosial.[8]
C. Langkah yang harus ditempuh dalam
mencapai mental yang sehat
Ada
tiga langkah (metode) yang ditempuh orang dalam mencapai kesehatan mental,
yakni pengobatan (kuratif), pencegahan (preventif), dan pembinaan
(konstruktif).
Langkah
pengobatan ialah usaha yang ditempuh untuk menyembuhkan dan merawat orang yang
mengalami gangguan dan sakit kejiwaan, sehingga ia dapat menjadi sehat dan
wajar kembali.
Langkah
pencegahan adalah metode yang digunakan untuk menghadapi diri sendiri dan orang
lain, gna meniadakan atau mengurangi
terjadinya gangguan kejiwaan sehingga ia dapat menjaga dirinya dan orang
lain dari kemungkinan jatuh kepada kegoncangan dan ketidak tentraman batin.
Usaha ini, di samping usaha pribadi
seseorang, juga termasuk usaha pemerintah dan masyarakat untuk memperbaiki dan
mempertinggi sistem kebudayaan dan peradaban.
Langkah
pembinaan disamping bertujuan untuk menjaga kondisi mental yang sudah baik,
juga meliputi cara yang ditempuh
orang untuk meningkatkan rasa gembira,
bahagia dan kemampuannya dalam mempergunakan segala potensi yang ada seoptimal
mungkin, seperti apa yang dilakukan orang
dalam memperkuat ingatan, fantasi, kemauan, dan kepribadiannya.[9]
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Isep
Zainal, Bimbingan Penyuluhan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2009)
Daradjat, Zakiah,
Kesehatan Mental 1, (Yogyakarta: Penerbit Kanisus, 2006)
Jaya, Yahya, Spiritualisasi
Islam, (Jakarta: CV. Ruhama, 1993)
Muhyani, Kesadaran
Religius dan Kesadaran Mental, (Jakarta Pusat: Kemenag. RI, 2012)
Raharjo, Pengantar
Ilmu Jiwa Agama, (Semarang: Pustaka Rizqi Putra, 2012)
http://gudangmaterikuliah.blogspot.com/2013/01/pengertian-dan-ciri-cirikarakteristik.html
http://www.psychologymania.com/2011/03/pengertian-dan-karakteristik-kesehatan.html
[3] Isep Zainal
Arifin, Bimbingan Penyuluhan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2009), hal. 21.
[4]
Muhyani, Kesadaran
Religius dan Kesadaran Mental, (Jakarta Pusat: Kemenag. RI, 2012), hal.
30-31.
[7]
Zakiah Daradjat,
Kesehatan Mental 1, (Yogyakarta: Penerbit Kanisus, 2006), hal. 52-54.
[8] Raharjo, Pengantar
Ilmu Jiwa Agama, (Semarang: Pustaka Rizqi Putra, 2012), hal. 50-51.
[9] Yahya Jaya, Spiritualisasi
Islam, (Jakarta: CV. Ruhama, 1993), hal. 85.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar