Senin, 07 Agustus 2017

MENTAL SEHAT (kesehatan mental)

       I.          
    II.            RUMUSAN MASALAH
A.    Apakah yang dimaksud dengan mental sehat?
B.     Bagaimana karakteristik mental sehat ?
C.    Bagaimana langkah yang harus ditempuh dalam mencapai mental yang sehat?



 III.            PEMBAHASAN
A.    Pengertian mental sehat
1.      Pandangan mental sehat secara umum
            Sehat mental yaitu kondisi mental yang tumbuh dan didasari motivasi yang kuat ingin meraih kualitas diri yang lebih baik, baik dalam kehidupan keluarga, kehidupan kerja, maupun sisi kehidupan lainnya. Sementara mental tidak sehat yaitu orang yang meskipun secara potensial memiliki kemampuan, tetapi tidak punya keinginan dan usaha untuk mengaktualisasikan potensinya itu secara optimal.
            Sehat mental yaitu kondisi mental yang tumbuh dan didasari motivasi yang kuat ingin meraih kualitas diri yang lebih baik, baik dalam kehidupan keluarga, kehidupan kerja, maupun sisi kehidupan lainnya. Sementara mental tidak sehat yaitu orang yang meskipun secara potensial memiliki kemampuan, tetapi tidak punya keinginan dan usaha untuk mengaktualisasikan potensinya itu secara optimal.
            Colleman dan Broen, Jr. Menyatakan ada enam sifat orang yang sehat mental :[1]
a.       Sikap terhadap diri sendiri yang positif
b.      Persepsi atas realitas
c.       Keutuhan
d.      Kompetensi
e.       Otonomi
f.       Pertumbuhan atau aktualisasi diri
                        Sementara itu Killander mengidentikkan orang yang mentalnya sehat dengan apa yang disebutnya sebagai individu yang normal. Mereka adalah orang-orang yang memperlihatkan diri memiliki :
a.       Kematangan emosional
Terdapat tiga dasar emosi, yaitu cinta, takut dan marah. Kita mencintai hal yang membuat kita senang, takut kalau ada hal yang mengancam rasa aman kita, dan marah kalau ada yang mengganggu kita. Terdapat tiga ciri perilaku dan pemikiran pada orang yang emosinya disebut matang, yaitu memiliki displin diri, determinasi diri, dan kemandirian.
b.      Kemampuan menerima realitas
Orang yang memiliki kemampuan untuk menerima realitas antara lain memperlihatkan perilaku mampu memecahkan masalah dengan segera dan menerima tanggung jawab.
c.       Hidup bersama dan bekerja sama dengan orang lain
Ciri normal secara sosial ini antara lain terlihat pada adanya kemampuan dan kemauan untuk mempertimbangkan minat dan keinginan orang lain dalam tindakan-tindakan sosialnya, mampu menemukan dan memanfaatkan perbedaan pandangan dengan orang lain, dan mempunyai tanggung jawab sosial serta merasa bertanggung jawab terhadap nasib orang lain.
d.      Memiliki filsafat atau pandangan hidup
Yang dimaksud dengan memiliki falsafat hidup adalah memiliki pegangan hidup yang dapat senantiasa membimbingnya untuk berada dalam jalan yang benar.
            Orang yang sehat mentalnya adalah orang-orang yang mampu merasakan kebahagian dalam hidup, karena orang-orang inilah yang dapat merasa bahwa dirinya berguna, berharga dan mampu menggunakan segala potensi dan bakatnya semaksimal mungkin, yang membawa kebahagiaan bagi  dirinya sendiri dan orang lain. Di samping itu, ia mampu menyesuaikan diri dalam arti yang luas (dengan dirinya, orang lain, dan suasana sekitar). Orang-orang inilah yang terhindar dari kegelisahan dan gangguan jiwa, serta tetap terpelihara moralnya.
            Maka orang yang sehat mentalnya, tidak akan merasa ambisius, sombong, rendah diri dan apatis, tapi ia adalah wajar, menghargai orang lain, merasa percaya kepada diri sendiri dan selalu gesit. Setiap tindak dan tingkah lakunya, ditunjukkan untuk mencari kebahagiaan bersama, bukan kesenangan dirinya sendiri. Kepandaian dan pengetahuan yang dimilikinya digunakan untuk  kemanfaatan dan kebahagiaan bersama. Kekayaan dan kekuasaan yang ada padanya, bukan untuk bermegah-megahaan dan mencari kesenangan diri sendiri, tanpa mengindahkan orang lain, akan tetapi digunakannya untuk menolong orang yang miskin dan melindungi orang yang lemah. Seandainya semua orang sehat mentalnya, tidak akan ada penipuan, penyelewengan, pemerasan, pertentangan dan perkelahian dalam masyarakat, karena mereka menginginkan dan mengusahakan semua orang dapat merasakan kebahagiaan, aman tentram, saling mencintai dan tolong-menolong.[2]
Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku sehat atau mental sehat ialah perilaku yang dilandasi oleh pemanfaatan potensi pikir yang efektif dan optimal serta siap digunakan, emosionalitas yang stabil dan dewasa, motivasi atau kemauan yang terarah dan bersumber dari diri sendiri.

2.      Pandangan mental sehat dalam Islam
Sehat dalam pandangan Islam adalah sehat lahir dan batin. Sehat lahir adalah ditandai dengan seluruh komponen jasmani atau tubuh berfungsi sebagaimana mestinya. Sehat badan adalah terhindarnya rohani dan nafsani dari berbagai penyakit. Sehat nafsani yaitu jiwa terbebas dari segala gangguan dan penyakit jiwa. Sehat rohani yaitu ruh bersih dari segala penyakit rohani. Semua komponen ini diikuti dengan kemampuan melaksanakan tuntunan dan kewajiban agama. Artinya, dalam perspektif kesehatan mental Islam, manusia yang sehat jasmani dan jiwanya, tetapi tidak dapat melaksanakan ketentuan dan kewajiban agama, maka ia dapat dikatakan sakit.[3]
Istilah kesehatan mental adalah istilah baru tetapi yang dimaksudkan disini adalah kebahagiaan (sa’adah). Di dalam Al-Quran terdapat pembicaraan tentang dua macam kebahagiaan yaitu kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Dalam Hadis kebahagiaan selalu berarti kebahagiaan di dunia, maka selalu ada hubungan dengan kebahagiaan di akhirat. Sebab Al-Quran dan Hadis menganggap dunia ini hanyalah tempat persiapan untuk hari akhirat.
Sesungguhnya merealisasikan keseimbangan dalam proses memenuhi kebutuhan fisik dan spiritual merupakan syarat utama untuk mewujudkan kepribadian mantap yang pada gilirannya akan menghasilkan mental yang sehat. Mental seperti inilah yang di singgung di dalam Al-Qur-anul Karim dengan term an-nafsul muthma’innah. Manusia yang berkepribadian mantap tidak lain adlah orang yang memiliki an-nafsul muthma’innah, yakni orang yang fisiknya sehat dan kuat, mampu melampiaskan kebutuhan primernya dengan cara yang halal, dan memenuhi kebutuhan spiritualnya dengan cara berpegang teguh pada akidah tauhid mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dengan menjalankan ibadah dan amal sholeh, serta menjauhi perbuatan-perbuatan buruk dan hal-hal yang mendatangkan murka Allah SWT.[4]
Al-Ghazali, Ibnu Qayyim dan Najati berpendapat bahwa, individu yang sehat mentalnya adalah individu yang mempunyai qalbun salim (hati bersih) yang mampu mewujudkan keharmonisan antara fungsi-fungsi jasmani dan rohani, mampu memenuhi kebutuhan keduanya dan menyelaraskan dengan batasan-batasan sesuai perintah Allah.[5]
B.     Karakteristik mental sehat
1.      Karakteristik mental sehat secara umum
Karakteristik pribadi yang sehat mentalnya akan dijelaskan pada tabel sebagai berikut (Syamsu Yusuf LN ; 1987):

ASPEK PRIBADI
KARAKTERISTIK
Fisik
a.       Perkembangannya normal.
b.      Berfungsi untuk melakukan tugas-tugasnya.
c.       Sehat, tidak sakit-sakitan.
Psikis
a.       Respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
b.      Memiliki Insight dan rasa humor.
c.       Memiliki respons emosional yang wajar.
d.      Mampu berpikir realistik dan objektif.
e.       Terhindar dari gangguan-gangguan psikologis.
f.       Bersifat kreatif dan inovatif.
g.      Bersifat terbuka dan fleksibel, tidak difensif.
h.      Memiliki perasaan bebas untuk memilih, menyatakan pendapat dan bertindak.
Sosial
a.       Memiliki perasaan empati dan rasa kasih sayang (affection) terhadap orang lain, serta senang untuk
b.      Memberikan pertolongan kepada orang-orang yang
c.       Memerlukan pertolongan (sikap alturis).
d.      Mampu berhubungan dengan orang lain secara sehat, penuh cinta kasih dan persahabatan.
e.       Bersifat toleran dan mau menerima tanpa memandang kelas sosial, tingkat pendidikan, politik, agama, suku, ras, atau warna kulit.
Moral-Religius
a.       Beriman kepada Allah, dan taat mengamalkan ajaran-Nya.
b.      Jujur, amanah (bertanggung jawab), dan ikhlas dalam beramal.[6]
Seorang tokoh yang bernama Alexander A. Schneiders dalam bukunya yang berjudul Personality Dynamics and Mental Health, mengemukakan beberapa kriteria yang sangat penting dan dapat digunakan untuk menilai kesehatan mental. Kriteria tersebut antara lain ( Schneiders):
a.       Pengendalian dan Integrasi Pikiran dan Tingkah Laku
b.      Perasaan-perasaan dan Emosi ynag Positif dan Sehat
c.       Tercapai kebahagiaan pribadi dan orang lain
d.      Ketenangan dan Kedamaian Fikiran
e.       Sikap-sikap yang Sehat
f.       Memanfaatkan potensi semaksimal mungkin[7]
2.      Karakteristik mental sehat dalam Islam
Terdapat ciri-ciri sikap keberagamaan dalam diri seseorang yang mempunyai mental sehat antara lain sebagai berikut:
a.         Menerima kebenaran agama berdasarkan pemikiran yang matang, bukan sekedar ikut-ikutan.
b.        Cenderung bersifat realis, sehingga norma-norma agama lebih banyak diaplikasikan dalam sikap dan tingkah laku.
c.         Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama dan berusaha untuk mempelajari dan memperdalam pemahaman keagamaan.
d.        Tingkat ketaatan beragama di dasarkan atas pertimbangan dan tanggung jawab diri hingga sikap keberagamaan merupakan realisasi dari sikap hidup.
e.         Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas.
f.         Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga kemantapan beragama selain di dasarkan atas pertimbangan pikiran dan hati nurani.
g.        Sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada tipe-tipe kepribadian masing-masing.
h.        Terlihat adanya hubungan antara sikap dan keberagamaan dengan kehidupan sosial.[8]
C.    Langkah yang harus ditempuh dalam mencapai mental yang sehat
Ada tiga langkah (metode) yang ditempuh orang dalam mencapai kesehatan mental, yakni pengobatan (kuratif), pencegahan (preventif), dan pembinaan (konstruktif).
Langkah pengobatan ialah usaha yang ditempuh untuk menyembuhkan dan merawat orang yang mengalami gangguan dan sakit kejiwaan, sehingga ia dapat menjadi sehat dan wajar kembali.
Langkah pencegahan adalah metode yang digunakan untuk menghadapi diri sendiri dan orang lain, gna meniadakan atau mengurangi  terjadinya gangguan kejiwaan sehingga ia dapat menjaga dirinya dan orang lain dari kemungkinan jatuh kepada kegoncangan dan ketidak tentraman batin. Usaha ini, di samping usaha  pribadi seseorang, juga termasuk usaha pemerintah dan masyarakat untuk memperbaiki dan mempertinggi sistem kebudayaan dan peradaban.
Langkah pembinaan disamping bertujuan untuk menjaga kondisi mental yang sudah baik, juga meliputi cara  yang ditempuh orang  untuk meningkatkan rasa gembira, bahagia dan kemampuannya dalam mempergunakan segala potensi yang ada seoptimal mungkin, seperti apa yang dilakukan orang  dalam memperkuat ingatan, fantasi, kemauan, dan kepribadiannya.[9]









DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Isep Zainal, Bimbingan Penyuluhan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009)
Daradjat, Zakiah, Kesehatan Mental 1, (Yogyakarta: Penerbit Kanisus, 2006)
Jaya, Yahya, Spiritualisasi Islam, (Jakarta: CV. Ruhama, 1993)
Muhyani, Kesadaran Religius dan Kesadaran Mental, (Jakarta Pusat: Kemenag. RI, 2012)
Raharjo, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, (Semarang: Pustaka Rizqi Putra, 2012)
http://gudangmaterikuliah.blogspot.com/2013/01/pengertian-dan-ciri-cirikarakteristik.html
http://www.psychologymania.com/2011/03/pengertian-dan-karakteristik-kesehatan.html


[3] Isep Zainal Arifin, Bimbingan Penyuluhan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), hal. 21.
[4] Muhyani, Kesadaran Religius dan Kesadaran Mental, (Jakarta Pusat: Kemenag. RI, 2012), hal. 30-31.
[7] Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental 1, (Yogyakarta: Penerbit Kanisus, 2006), hal. 52-54.
[8] Raharjo, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, (Semarang: Pustaka Rizqi Putra, 2012), hal. 50-51.
[9] Yahya Jaya, Spiritualisasi Islam, (Jakarta: CV. Ruhama, 1993), hal. 85.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar