KONSEP TUHAN DAN MANUSIA DALAM
PANDANGAN FILSAFATvv KONSEP TUHAN DAN MANUSIA DALAM
PANDANGAN FILSAFAT
I.
PENDAHULUAN
Allah SWT merupakan sang pencipta manusia dan alam
semesta yang disebut dengan khalik
(sang pencipta) namun sering disebut juga dengan Al-Rabb, Rabb al-Alamin, Rabb
kulli syai’. Berdasarkan kata dasar dari Rabb yaitu memperbaiki, mengurus,
mengatur dan juga mendidik. Rabb biasa diterjemahkan dengan Tuhan yang
mengandung pengertian sebagai Tarbiyah
(yang menumbuhkembangkan sesuatu secara bertahap dan berangsur-angsur sampai
sempurna), juga sebagai murabbi (yang
mendidik). Dengan demikian sebagai al-rabb,
atau rabb al-alamin, Allah adalah
yang mengurus, mengatur, memperbaiki proses penciptaan alam semesta. Manusia mempunyai dua komponen yaitu jasmani dan rohani.
Dengan kelengkapan fisik atau jasmani manusia dapat melaksanakan tugas-tugasnya
yang memerlukan dukungan fisik dan dengan kelengkapan rohaninya ia dapat
melaksanakan tugas-tugas yang memerlukan dukungan mental.
II.
RUMUSAN
MASALAH
A. Apa
pengertian filsafat?
B. Bagaimana
Filsafat ketuhanan dan konsep Tuhan dalam pandangan filsafat?
C. Bagaimana
konsep manusia dalam pandangan filsafat?
III.
PEMBAH
ASAN
A.
Pengertian filsafat
Pengertian filsafat, dalam sejarah perkembangan
pemikiran kefilsafatan, antara satu ahli filsafat dan ahli filsafat lainnya
selalu berbeda dan hamper sama banyaknya dengan ahli filsafat itu sendiri.
Pengertian filsafat dapat ditinjau dari dua segi, yakni secara etimologi dan
secara terminology.
1. Filsafat
secara etimologi
Kata filsafat, yang
dalam bahasa Arab di kenal dengan istilah falsfah dan dalam bahasa inggris di
kenal dengan istilah philosophy adalah berasal dari bahasa yunani philosophia.
Kata philisophia terdiri atas kata philein yang berarti cinta (love) dan shophi
yang berarti kebijaksanaan ( wisdom ), seehingga secara etimologi filsafat
bererti cinta kebijaksanaan ( love of wisdom ) dalam arti yang
sedalam-dalamnya. Dengan demikian, seorang filosof adalah pencinta atau pencari
kebijaksanaan.
2. Filsafat
secara terminologi
Secara terminology
adalah arti yang di kandung oleh istilah filsafat. Di karenakan batasan dari
filsafat itu banyak maka sebagai gambaran perlu di perkenalkan beberapa
batasan.
a. Plato
(427 -347 SM)
Plato berpendapat bahwa
filsafat adalah pengetahuan yang mencoba untuk mencapai pengetahuan tentang
kebenaran yang asli atau ada.
b. Aristoteles
(348-322 SM)
Menurut aristoteles,
filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang di dalamnya
terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan
estetika (filsafat keindahan).[1]
B.
Filsafat
ketuhanan dan konsep Tuhan dalam pandangan filsafat
1.
Filsafat
ketuhanan
Apa itu filsafat ketuhanan? Rupanya
mudah di jawab, yakni filsafat tentang Tuhan. Kalau begitu, pengertiannya mudah
tetapi pelaksanaaanya tidak. Belum pernah ada orang melihat Tuhan, sedikitnya
tidak dalam arti yang penting untuk filsafat. Di pihak lain kebanyakan orang di
dunia dan memang sepanjang sejarah, percaya akan adanya sesuatu adiduniawi.
Kiranya sulit membayangkan sesuatu yang begitu jauh dari pengalaman “objektif“
sehari-hari, dan sekaligus yang begitu umum bagi umat manusia. Kesimpulan
jelas: pada umumnya tetap benar bahwa kepercayaan akan adanya adiduniawi (entah
bagaimana) masih dapat di temukan dalam kebanyakan orang.
Sengaja di sebut tentang “yang adiduniawi”
dan bukan “Tuhan” karena memang banyak orang yang mempunyai agama yang percaya
akan adanya dewa-dewa ( khususya di kalangan orang-orang yang masih “primitif”)
dari pada akan adanya Allah yang maha esa. Samakah antara keprcayaan akan adaya
Tuhan dan agama? Kesan pertama memang sama; biasanya; orang yang percaya akan
Tuhan itu beragama, dan orang yang beragama, percaya akan Tuhan. Tampaknya ada
orang yang percaya akan Tuhan dan justru karenanya tidak mau “ beragama”.
Sebaliknya ada orang yang mau beragama ateistis. Masalah-masalah itu juga termasuk
filsafat ketuhanan.[2]
2.
Konsep
Tuhan dalam pandangan filsafat
Dalam sejarah peradaban Yunani,
tercatat bahwa pengkajian dan kontemplasi tentang eksistensi Tuhan menempati
tempat yang khusus dalam bidang pemikiran filsafat. Contoh yang paling nyata
dari usaha kajian filosofis tentang eksistensi Tuhan dapat dilihat bagaimana
filosof Aristoteles menggunakan gerak-gerak yang nampak di alam dalam
membuktikan adanya penggerak yang tak terlihat (baca: wujud Tuhan).
Perkara tentang Tuhan secara
mendasar merupakan subyek permasalahan filsafat. Ketika kita membahas tentang
hakikat alam maka sesungguhnya kita pun membahas tentang eksistensi Tuhan.
Secara hakiki, wujud Tuhan tak terpisahkan dari eksistensi alam, begitu pula
sebaliknya, wujud alam mustahil terpisah dari keberadaan Tuhan.
a. Gagasan tentang Tuhan
Keberadaan
hakiki hanya milik Tuhan. Wujud-Nya tak terbatas dan memiliki kemandirian
secara esensi. Kemandirian Tuhan dalam dimensi zat dan sifat-Nya, ini berarti
bahwa Dia tak bergantung kepada realitas lain, Dia tak tercipta dari realitas
lain dan tak satupun selain-Nya yang dapat membinasakan-Nya. Hanya Tuhan yang
berwujud, Maha Kaya, Sempurna dan tak terbatas. Wujud-Nya tak bersyarat dan Dia
merupakan syarat mutlak bagi terwujudnya realitas lain.
b. Keazalian
dan Keabadian Tuhan
Dalam pandangan Mulla Sadra, wujud
tunggal yang hakiki (wahid hakiki) mesti memiliki dua sifat dasar, yang pertama
adalah harus azali. Yang dimaksud dengan azali adalah sesuatu yang tak pernah
tiada dan tak ada sesuatu yang lain mendahuluinya. Ruang dan dan waktu tak
berpengaruh atas sesuatu yang azali. Sifat yang kedua adalah zatnya berpijak
pada esensinya sendiri yakni wujud dan sifatnya tidak bersandar pada realitas
lain, dia tak dicipta oleh wujud yang lain dan juga tak ada satu realitaspun
yang dapat membinasakannya.[3]
c. Sifat
pencipta
Apabila Tuhan di definisikan sebagai
pencipta segala sesuatu yang ada, yang pernah ada, atau yang aka nada, maka
jelaslah, tidak mungkin sebelumnya ada bahan yag dapat di pakai oleh Tuhan
untuk menciptakan alam semesta. Ini berarti bahwa penciptaan itu tentu terjadi
dari ketiadaan. Dengan kata lain, Tuhan menciptakan hanya alam semesta yang
berbentuk.[4]
C.
Filsafatmanusia
dan konsep manusia dalam pandangan filsafat
1.
Filsafat
manusia
Menurut
tinjauan kefilsafatan manusia adalah makhluk yang bertanya, dalam hal ini
manusia sebagai makhluk yang mempertanyakan dirinya sendiri dan keberadaanya
serta kosnous secara menyeluruh.
Manusia
terdiri dari jiwa dan tubuh, yang keduanya berdiri sendiri-sendiri, yang satu
lepas dari yang lain. Jiwa berada di dalam tubuh seperti terkurung di dalam
penjara. Hanya kematian yang akan melepskan jiwa dari belenggu tubuh itu.[5]
2.
Konsep manusia dalam pandangan
filsafat
Manusia
sebagai idea, yaitu sebagai manusia yang tidak bertubuh, telah ada sejak kekal
di dalam Logos, Jiwa manusia di bedakan antara jiwa sebagai kekuatan hidup
(psuke) dan jiwa yang bersifat akali (nous, dianoia, psuke logike). Jiwa
sebagai kekuatan hidup berada di dalam darah dan tidak dapat binasa. Sebelum
manusia di lahirkan jiwanya sudah ada. Jiwa ini tidak dapat binasa.
Berdasarkan
pandangan di atas tujuan hidup manusia ialah menjadi sama dengan Allah. Adapun
yang menuju kepada Allah itu mellui pengetahuan. Supaya orang dapat mendapat
pengetahuan diperlikan pertolongan logos, sebab logos adalah sumber segala
pengetahuan. Platinos menegaskan bahwa tujuan hidup manusia adalah kembali
dipersatukannya manusia dengan “Ilahi”.
Jiwa
adalah kompleks dari proses-proses mekanis di dalam tubuh. Akal bukanlah
pembawaan, melainkan hasil perkembangan karena kerajinan. Ikhtiar adalah suatu
awal gerak yang kecil, yang jika di arahkan menuju kepada sesuatu disebut
keinginan, yang sama dengan kasih, dan yang jika di arahkan untuk meninggalkan
sesuatu di sebut keengganan atau keseganan, yang sama dengan kebencian.
a. Beberapa paham tentang manusia
Pandangan tentang manusia di dalam
pemikiran filsafat berkisar pada empat kelompok besar, yaitu:
1) Materialisme
2) Idealism
3) Rasionalisme, dan
4) Irrasionalisme.[6]
IV.
KESIMPULAN
Filsafat ketuhanan dan konsep Tuhan
dalam pandangan filsafat
Pengertian filsafat, dalam sejarah
perkembangan pemikiran kefilsafatan, antara satu ahli filsafat dan ahli
filsafat lainnya selalu berbeda dan hamper sama banyaknya dengan ahli filsafat
itu sendiri. Pengertian filsafat dapat ditinjau dari dua segi, yakni secara
etimologi dan secara terminology.
Apa itu filsafat ketuhanan? Rupanya
mudah di jawab, yakni filsafat tentang Tuhan. Kalau begitu, pengertiannya mudah
tetapi pelaksanaaanya tidak. Belum pernah ada orang melihat Tuhan, sedikitnya
tidak dalam arti yang penting untuk filsafat. Di pihak lain kebanyakan orang di
dunia dan memang sepanjang sejarah, percaya akan adanya sesuatu adiduniawi. Sengaja
di sebut tentang “yang adiduniawi” dan bukan “Tuhan” karena memang banyak orang
yang mempunyai agama yang percaya akan adanya dewa-dewa ( khususya di kalangan
orang-orang yang masih “primitif”) dari pada akan adanya Allah yang maha esa.
Samakah antara keprcayaan akan adaya Tuhan dan agama? Kesan pertama memang
sama; biasanya; orang yang percaya akan Tuhan itu beragama, dan orang yang
beragama, percaya akan Tuhan. Tampaknya ada orang yang percaya akan Tuhan dan
justru karenanya tidak mau “ beragama”. Sebaliknya ada orang yang mau beragama
ateistis. Masalah-masalah itu juga termasuk filsafat.
Konsep
Tuhan dalam pandangan filsafat
1. Gagasan tentang Tuhan
2. Keazalian
dan Keabadian Tuhan
3. Sifat
pencipta
Filsafat
manusia dan konsep manusia dalam pandangan filsafat
Menurut
tinjauan kefilsafatan manusia adalah makhluk yang bertanya, dalam hal ini
manusia sebagai makhluk yang mempertanyakan dirinya sendiri dan keberadaanya
serta kosnous secara menyeluruh.
Konsep manusia dalam pandangan
filsafat
Manusia
sebagai idea, yaitu sebagai manusia yang tidak bertubuh, telah ada sejak kekal
di dalam Logos, Jiwa manusia di bedakan antara jiwa sebagai kekuatan hidup
(psuke) dan jiwa yang bersifat akali (nous, dianoia, psuke logike).
Platinos
menegaskan bahwa tujuan hidup manusia adalah kembali dipersatukannya manusia
dengan “Ilahi”.
Beberapa paham tentang manusia
Pandangan
tentang manusia di dalam pemikiran filsafat berkisar pada empat kelompok besar,
yaitu:
1. Materialisme
2. Idealism
3. Rasionalisme, dan
4. Irrasionalisme.
DAFTAR PUSTAKA
S. J., john W. M. Verhaar.
Filsafat Yang Mengelak. Yogyakarta: Yayasan Kanisius. 1980
Soemargono, Soejono. Pengatar
Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. 1989
Sudarsono. Ilmu Filsafat Suatu
Pengantar. Jakarta: PT Rineka Cipta. 1993
Surajiyo. Ilu Filfafat Suatu
Pengantar. Jakarta: PT Bumi Aksara.2005
[1]
Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, hlm: 1-2
[2]
John W. M. Verhaar S.J, Filsafat Yang Mengelak, hlm: 65-66
[3]
http://eurekamal.wordpress.com/2007/06/25/konsep-ketuhanan-dalam-filsafat-shadrian/
di akses pada hari senin pukul 00:40 wib
[4]
Soejono Soemargono, Pengantar filsafat, hlm: 449
[6]
Sudarsono, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, hlm: 224-235
Tidak ada komentar:
Posting Komentar