Senin, 30 Mei 2016

KONSEP TUHAN DAN MANUSIA DALAM PANDANGAN FILSAFAT

KONSEP TUHAN DAN MANUSIA DALAM PANDANGAN FILSAFATvvKONSEP TUHAN DAN MANUSIA DALAM PANDANGAN FILSAFAT

I.                   PENDAHULUAN
Allah SWT merupakan sang pencipta manusia dan alam semesta yang disebut dengan khalik (sang pencipta) namun sering disebut juga dengan Al-Rabb, Rabb al-Alamin, Rabb kulli syai’. Berdasarkan kata dasar dari Rabb yaitu memperbaiki, mengurus, mengatur dan juga mendidik. Rabb biasa diterjemahkan dengan Tuhan yang mengandung pengertian sebagai Tarbiyah (yang menumbuhkembangkan sesuatu secara bertahap dan berangsur-angsur sampai sempurna), juga sebagai murabbi (yang mendidik). Dengan demikian sebagai al-rabb, atau rabb al-alamin, Allah adalah yang mengurus, mengatur, memperbaiki proses penciptaan alam semesta. Manusia mempunyai dua komponen yaitu jasmani dan rohani. Dengan kelengkapan fisik atau jasmani manusia dapat melaksanakan tugas-tugasnya yang memerlukan dukungan fisik dan dengan kelengkapan rohaninya ia dapat melaksanakan tugas-tugas yang memerlukan dukungan mental.


II.                RUMUSAN MASALAH
A.      Apa pengertian filsafat?
B.      Bagaimana Filsafat ketuhanan dan konsep Tuhan dalam pandangan filsafat?
C.      Bagaimana konsep manusia dalam pandangan filsafat?



III.             PEMBAH ASAN
A.     Pengertian filsafat
Pengertian filsafat, dalam sejarah perkembangan pemikiran kefilsafatan, antara satu ahli filsafat dan ahli filsafat lainnya selalu berbeda dan hamper sama banyaknya dengan ahli filsafat itu sendiri. Pengertian filsafat dapat ditinjau dari dua segi, yakni secara etimologi dan secara terminology.
1.      Filsafat secara etimologi
Kata filsafat, yang dalam bahasa Arab di kenal dengan istilah falsfah dan dalam bahasa inggris di kenal dengan istilah philosophy adalah berasal dari bahasa yunani philosophia. Kata philisophia terdiri atas kata philein yang berarti cinta (love) dan shophi yang berarti kebijaksanaan ( wisdom ), seehingga secara etimologi filsafat bererti cinta kebijaksanaan ( love of wisdom ) dalam arti yang sedalam-dalamnya. Dengan demikian, seorang filosof adalah pencinta atau pencari kebijaksanaan.
2.      Filsafat secara terminologi
Secara terminology adalah arti yang di kandung oleh istilah filsafat. Di karenakan batasan dari filsafat itu banyak maka sebagai gambaran perlu di perkenalkan beberapa batasan.
a.       Plato (427 -347 SM)
Plato berpendapat bahwa filsafat adalah pengetahuan yang mencoba untuk mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang asli atau ada.
b.      Aristoteles (348-322 SM)
Menurut aristoteles, filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat keindahan).[1]

B.     Filsafat ketuhanan dan konsep Tuhan dalam pandangan filsafat
1.      Filsafat ketuhanan
Apa itu filsafat ketuhanan? Rupanya mudah di jawab, yakni filsafat tentang Tuhan. Kalau begitu, pengertiannya mudah tetapi pelaksanaaanya tidak. Belum pernah ada orang melihat Tuhan, sedikitnya tidak dalam arti yang penting untuk filsafat. Di pihak lain kebanyakan orang di dunia dan memang sepanjang sejarah, percaya akan adanya sesuatu adiduniawi. Kiranya sulit membayangkan sesuatu yang begitu jauh dari pengalaman “objektif“ sehari-hari, dan sekaligus yang begitu umum bagi umat manusia. Kesimpulan jelas: pada umumnya tetap benar bahwa kepercayaan akan adanya adiduniawi (entah bagaimana) masih dapat di temukan dalam kebanyakan orang.
Sengaja di sebut tentang “yang adiduniawi” dan bukan “Tuhan” karena memang banyak orang yang mempunyai agama yang percaya akan adanya dewa-dewa ( khususya di kalangan orang-orang yang masih “primitif”) dari pada akan adanya Allah yang maha esa. Samakah antara keprcayaan akan adaya Tuhan dan agama? Kesan pertama memang sama; biasanya; orang yang percaya akan Tuhan itu beragama, dan orang yang beragama, percaya akan Tuhan. Tampaknya ada orang yang percaya akan Tuhan dan justru karenanya tidak mau “ beragama”. Sebaliknya ada orang yang mau beragama ateistis. Masalah-masalah itu juga termasuk filsafat ketuhanan.[2]
2.      Konsep Tuhan dalam pandangan filsafat
Dalam sejarah peradaban Yunani, tercatat bahwa pengkajian dan kontemplasi tentang eksistensi Tuhan menempati tempat yang khusus dalam bidang pemikiran filsafat. Contoh yang paling nyata dari usaha kajian filosofis tentang eksistensi Tuhan dapat dilihat bagaimana filosof Aristoteles menggunakan gerak-gerak yang nampak di alam dalam membuktikan adanya penggerak  yang tak terlihat (baca: wujud Tuhan).
Perkara tentang Tuhan secara mendasar merupakan subyek permasalahan filsafat. Ketika kita membahas tentang hakikat alam maka sesungguhnya kita pun membahas tentang eksistensi Tuhan. Secara hakiki, wujud Tuhan tak terpisahkan dari eksistensi alam, begitu pula sebaliknya, wujud alam mustahil terpisah dari keberadaan Tuhan.
a.       Gagasan tentang Tuhan
Keberadaan hakiki hanya milik Tuhan. Wujud-Nya tak terbatas dan memiliki kemandirian secara esensi. Kemandirian Tuhan dalam dimensi zat dan sifat-Nya, ini berarti bahwa Dia tak bergantung kepada realitas lain, Dia tak tercipta dari realitas lain dan tak satupun selain-Nya yang dapat membinasakan-Nya. Hanya Tuhan yang berwujud, Maha Kaya, Sempurna dan tak terbatas. Wujud-Nya tak bersyarat dan Dia merupakan syarat mutlak bagi terwujudnya realitas lain.
b.      Keazalian dan Keabadian Tuhan
Dalam pandangan Mulla Sadra, wujud tunggal yang hakiki (wahid hakiki) mesti memiliki dua sifat dasar, yang pertama adalah harus azali. Yang dimaksud dengan azali adalah sesuatu yang tak pernah tiada dan tak ada sesuatu yang lain mendahuluinya. Ruang dan dan waktu tak berpengaruh atas sesuatu yang azali. Sifat yang kedua adalah zatnya berpijak pada esensinya sendiri yakni wujud dan sifatnya tidak bersandar pada realitas lain, dia tak dicipta oleh wujud yang lain dan juga tak ada satu realitaspun yang dapat membinasakannya.[3]
c.       Sifat pencipta
Apabila Tuhan di definisikan sebagai pencipta segala sesuatu yang ada, yang pernah ada, atau yang aka nada, maka jelaslah, tidak mungkin sebelumnya ada bahan yag dapat di pakai oleh Tuhan untuk menciptakan alam semesta. Ini berarti bahwa penciptaan itu tentu terjadi dari ketiadaan. Dengan kata lain, Tuhan menciptakan hanya alam semesta yang berbentuk.[4]

C.    Filsafatmanusia dan konsep manusia dalam pandangan filsafat
1.      Filsafat manusia
Menurut tinjauan kefilsafatan manusia adalah makhluk yang bertanya, dalam hal ini manusia sebagai makhluk yang mempertanyakan dirinya sendiri dan keberadaanya serta kosnous secara menyeluruh.
Manusia terdiri dari jiwa dan tubuh, yang keduanya berdiri sendiri-sendiri, yang satu lepas dari yang lain. Jiwa berada di dalam tubuh seperti terkurung di dalam penjara. Hanya kematian yang akan melepskan jiwa dari belenggu tubuh itu.[5]

2.      Konsep manusia dalam pandangan filsafat
Manusia sebagai idea, yaitu sebagai manusia yang tidak bertubuh, telah ada sejak kekal di dalam Logos, Jiwa manusia di bedakan antara jiwa sebagai kekuatan hidup (psuke) dan jiwa yang bersifat akali (nous, dianoia, psuke logike). Jiwa sebagai kekuatan hidup berada di dalam darah dan tidak dapat binasa. Sebelum manusia di lahirkan jiwanya sudah ada. Jiwa ini tidak dapat binasa.
Berdasarkan pandangan di atas tujuan hidup manusia ialah menjadi sama dengan Allah. Adapun yang menuju kepada Allah itu mellui pengetahuan. Supaya orang dapat mendapat pengetahuan diperlikan pertolongan logos, sebab logos adalah sumber segala pengetahuan. Platinos menegaskan bahwa tujuan hidup manusia adalah kembali dipersatukannya manusia dengan “Ilahi”.
Jiwa adalah kompleks dari proses-proses mekanis di dalam tubuh. Akal bukanlah pembawaan, melainkan hasil perkembangan karena kerajinan. Ikhtiar adalah suatu awal gerak yang kecil, yang jika di arahkan menuju kepada sesuatu disebut keinginan, yang sama dengan kasih, dan yang jika di arahkan untuk meninggalkan sesuatu di sebut keengganan atau keseganan, yang sama dengan kebencian.  
a.       Beberapa paham tentang manusia
Pandangan tentang manusia di dalam pemikiran filsafat berkisar pada empat kelompok besar, yaitu:
1)      Materialisme
2)      Idealism
3)      Rasionalisme, dan
4)      Irrasionalisme.[6]


IV.             KESIMPULAN
Filsafat ketuhanan dan konsep Tuhan dalam pandangan filsafat
Pengertian filsafat, dalam sejarah perkembangan pemikiran kefilsafatan, antara satu ahli filsafat dan ahli filsafat lainnya selalu berbeda dan hamper sama banyaknya dengan ahli filsafat itu sendiri. Pengertian filsafat dapat ditinjau dari dua segi, yakni secara etimologi dan secara terminology.
Apa itu filsafat ketuhanan? Rupanya mudah di jawab, yakni filsafat tentang Tuhan. Kalau begitu, pengertiannya mudah tetapi pelaksanaaanya tidak. Belum pernah ada orang melihat Tuhan, sedikitnya tidak dalam arti yang penting untuk filsafat. Di pihak lain kebanyakan orang di dunia dan memang sepanjang sejarah, percaya akan adanya sesuatu adiduniawi. Sengaja di sebut tentang “yang adiduniawi” dan bukan “Tuhan” karena memang banyak orang yang mempunyai agama yang percaya akan adanya dewa-dewa ( khususya di kalangan orang-orang yang masih “primitif”) dari pada akan adanya Allah yang maha esa. Samakah antara keprcayaan akan adaya Tuhan dan agama? Kesan pertama memang sama; biasanya; orang yang percaya akan Tuhan itu beragama, dan orang yang beragama, percaya akan Tuhan. Tampaknya ada orang yang percaya akan Tuhan dan justru karenanya tidak mau “ beragama”. Sebaliknya ada orang yang mau beragama ateistis. Masalah-masalah itu juga termasuk filsafat.
Konsep Tuhan dalam pandangan filsafat
1.      Gagasan tentang Tuhan
2.      Keazalian dan Keabadian Tuhan
3.      Sifat pencipta
Filsafat manusia dan konsep manusia dalam pandangan filsafat
Menurut tinjauan kefilsafatan manusia adalah makhluk yang bertanya, dalam hal ini manusia sebagai makhluk yang mempertanyakan dirinya sendiri dan keberadaanya serta kosnous secara menyeluruh.
Konsep manusia dalam pandangan filsafat
Manusia sebagai idea, yaitu sebagai manusia yang tidak bertubuh, telah ada sejak kekal di dalam Logos, Jiwa manusia di bedakan antara jiwa sebagai kekuatan hidup (psuke) dan jiwa yang bersifat akali (nous, dianoia, psuke logike).
Platinos menegaskan bahwa tujuan hidup manusia adalah kembali dipersatukannya manusia dengan “Ilahi”.
Beberapa paham tentang manusia
Pandangan tentang manusia di dalam pemikiran filsafat berkisar pada empat kelompok besar, yaitu:
1.      Materialisme
2.      Idealism
3.      Rasionalisme, dan
4.      Irrasionalisme.



DAFTAR PUSTAKA

S. J., john W. M. Verhaar. Filsafat Yang Mengelak. Yogyakarta: Yayasan Kanisius. 1980
Soemargono, Soejono. Pengatar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. 1989
Sudarsono. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: PT Rineka Cipta. 1993
Surajiyo. Ilu Filfafat Suatu Pengantar. Jakarta: PT Bumi Aksara.2005



[1] Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, hlm: 1-2
[2] John W. M. Verhaar S.J, Filsafat Yang Mengelak, hlm: 65-66
[4] Soejono Soemargono, Pengantar filsafat, hlm: 449

[5]
[6] Sudarsono, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, hlm: 224-235

Tidak ada komentar:

Posting Komentar