Senin, 30 Mei 2016

TUJUAN DAN FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING AGAMA (BKA)

TUJUAN DAN FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING AGAMA


       I.            PENDAHULUAN
Bimbingan dan konseling sifatnya hanya merupakan bantuan, hal ini sudah diketahui dari pengertian atau definisinya. Bahwa bimbingan Islami merupakan proses pemberian bantuan  dari seorang yang ahli (konselor) kepada orang yang memiliki masalah (klien) untuk membantu mengatasi masalah.

Oleh karena itu, dalam proses bimbingan konseling agama agar dalam proses bimbingan konseling agama itu lancar, sesuai dengan rencana, maka dalam proses bimbingan harus mempunyai tujuan. Karena kalau dalam proses bimbingan konseling agama tidak mempunya tujuan yang ingin dicapai maka akan lama atau susah dalam membantu masalah klien. Sehingga tujuan dalam proses bimbingan konseling itu sangat penting. Maka dari itu seorang konselor harus mengetahui tujuan dari bimbingan itu sendiri. Selain konselor harus mengetahui tujuan dari bimbingan konseling, konselor juga harus mengetahui fungsi dari bimbingan konseling agama.

    II.            RUMUSAN MASALAH

A.    Apa tujuan bimbingan konseling agama ?
B.     Apa fungsi bimbingan konseling agama ?




 III.            PEMBAHASAN
A.      Tujuan Bimbingan dan Konseling Agama
Tujuan umum atau jangka panjang bimbingan dan konseling agama yaitu membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Bimbingan dan konseling sifatnya hanya merupakan bantuan. Individu yang dimaksud adalah orang yang dibimbing atau diberi konseling, baik orang perorangan maupun kelompok. “Mewujudkan diri sebagai manusia seutuhnya” berarti mewujudkan diri sesuai hakekatnya sebagai manusia untuk menjadi manusia yang selaras perkembangan unsur dirinya dan pelaksanaan fungsi atau kedudukannya sebagai makhluk Allah (makhluk religius), makhluk individu, makhluk sosial, dan sebagai makhluk berbudaya. Dalam perjalanan hidupnya manusia manusia bisa tidak seperti yang dikehendaki, yakni menjadi manusia yang seutuhnya. Dengan kata lain yang bersangkutan berhadapan dengan masalah (problem), yaitu menghadapi adanya kesenjangan antara yang seharusnya (ideal) dengan yang senyatanya. Orang yang menghadapi masalah, lebih-lebih jika berat, maka yang bersangkutan tidak merasa bahagia. Bimbingan dan konseling agama berusaha membantu individu agar bisa hidup bahagia, bukan saja di dunia, melainkan juga di akhirat.[1]
Untuk mencapai tujuan umum tersebut dalam proses bimbingan dan konseling agama perlu dibangun kemandirian individu sebagai pribadi muslim. Adapun ciri-ciri pribadi muslim yang diharapkan terbentuk melalui bimbingan dan konseling agama adalah:
1.        Individu yang mampu mengenali dirinya sebagai makhluk ciptaan Allah.
2.        Individu menerima keberadaan diri dan lingkungannyasecara positif dan dinamis.
3.        Individu mampu mengambil keputusan yang sesuai tuntunan nilai Ilahi dalam eksistensi dirinya sebagai makhluk ciptaan Allah.
4.        Individu mampu mengarahkan dirinya sesuai keputusan yang diambilnya.
5.        Individu mampu mengaktualisasikan dirinya sebagai insan yang tunduk pada aturan Ilahi.[2]
Manakala klien atau yang dibimbing telah bisa menyelesaikan masalah yang dihadapinya, bimbingn dan konseling agama masih tetap membantunya, yakni dengan membantu individu dari mengalami kembali menghadapi masalah tersebut dengan membantu mengembangkan segi-segi positif yang dimiliki dan mungkin dimiliki individu. Dengan demikian dapat diketahui bahwa tujuan khusus bimbingan konseling agama yaitu:
1.        Membantu individu agar tidak menghadapi masalah
2.        Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya
3.        Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau yang lebih baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik. Sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.
Adapun tujuan konseling dalam Islam menurut Handani Bakran (2004) adalah:
1.      Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, damai, bersikap lapang dada, dan mendapatkan pencerahan taufik dan hidayah Tuhannya.
2.      Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik pada dirir sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan kerja maupun lingkungan social dan alam sekitarnya.
3.      Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong-menolong dan rasa kasih sayang.
4.      Untuk menhasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada Tuhannya, ketulisan mematuhi segala perintah-Nya serta ketabahan menerima ujian-Nya.
5.      Untuk memnghasilkan potensi Ilahiyah, sehingga dengan potensi itu individu dapat melakukan tugasnya sebagai khalifah dengan baik menanggulangi berbagai persoalan hidup; dan dapat memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi lingkungannya pada berbagai aspek kehidupan.

B.     Fungsi Bimbingan dan Konseling Agama
Dengan memperhatikan tujuan umum dan khusus bimbingan dan konseling agama tersebut, dapat dirumuskan fungsi dari bimbingan dan konseling agama sebagai berikut:
1.      Fungsi preventif; yaitu membantu individu menjaga atau memecahkan timbulnya masalah bagi dirinya.
2.      Fungsi kuratif atau korektif; yaitu membantu individu memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya
3.      Fungsi Preservatif; yaitu membantu individu menjaga agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) yang telah menjadi baik (terpecahkan) kembali menjadi tidak baik (menimbulkan masalah kembali).
4.      Fungsi developmental atau pembangunan; yaitu membantu individu memelihara dan menegembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tiak memungkinkannya menjadi sebab munculnya masalah baginya.[3]

Hamdani Bakran (2004), mengemukakan fungsi konseling secara tradisional digolongkan kepada tiga fungsi, yaitu sebagai berikut:
1.      Remedial atau rehabilitatif
Secara historis konseling lebih banyak memberikan penekanan pada fungsi remedial karena sangat dipengaruhi oleh psikologi klinik dan psikitri. Peranan remedial berfokus pada masalah; a) penyesuaian diri. b) menyembuhkan masalah psikologis yang dihadapi. c) mengembalikan kesehatan mental dan mengatasi gangguan emosional.
2.      Fungsi educative (pengembangan)
Fungs ini berfokus pada masalah; a) membantu meningkatkan ketrampilan-ketrampilan dalam kehidupan. b) mengidentifiksdi dsn memecahkan masalah-masalah hidup. c) membantu meningkatkan kemampuan menghadapi transisi dalam kehidupan. d) untuk keperluan jangka pendek, konseling membantu individu-individu menjelaskan nilai-nilai, menjadi lebih tegas, mengendalikan kecemasan, meningkatkan ketrampilan komunikasi antar pribadi, memutuskan arah hidup, menghadapi kesepian dan sebainya.
3.      Fungsi prefentif (pencegahan)
Fungsi ini membantu individu agar agar dapat berupaya aktif untuk melakukan pencegahan sebelum mengalami masalah-masalah kejiwaan karena kurangnya perhatian. Upaya preventif meliputi pengembangan strategi-strategi dan program-program yang dapat digunakan untuk mencoba mengantisipasi dan mengelakkan resiko-resiko hidup yang tidak perlu terjadi.
Islam memberikan bimbingan kepada individu agar dapat kembali kepada bimbigngan Al-Q’uran dan As-Sunnah. Islam mengararahkan individu agar dapat mengerti apa arti ujian dan musonah dalam hidup. Kegelisahan, ketakutan dan kecemasan merupakan bunga kehidupan yang harus dapat ditanggulangi oleh setiap individu dengan pertolongan-Nya, melalui orang-orang ahli:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمَوَالِ وَالْأنْفُسِ وَ الثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِيْنَ (   )
(   )   اَلَّذِيْنَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ قَالُوْا إِنَّا ِللهِ وَ إِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ
أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَ رَحْمَةٌ وَ أُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ (   )
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (QS. Al-Baqarah: 155) (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. (QS. Al-Baqarah: 156) Mereka itulah yang mendapatkan keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 157)


 IV.            KESIMPULAN
Bimbingan Konseling Agama (Islam) merupakan proses bimbingan terhadap individu agar mampu hidup selaras yang berlandaskan Al-Qur’an dan As Sunnah untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Dalam proses bimbingan konseling agama itu sangat penting adanya ditetapkan fungsi dan tujuan, karena seorang konselor itu harus mengetahui fungsi dan tujuan dari bimbingan konseling agama itu sendiri.
Oleh karena itu, seorang konselor dalam melakukan proses bimbingan konseling agama, diharapkan agar dalam proses bimbingan konseling agama itu dapat berjalan lancar.

    V.  

DAFTAR PUSTAKA

Erhamwilda. 2009. Konseling Islami. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Musnamar, Tohari, dkk. 1992. Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam. Yogyakarta: UII Press.
Hamdani Bakran, Adz-Dzaky. 2004. Konseling dan psikoterapi Islam. Yogyakarta: Al-Manar




[1] Tohari Musnamar, dkk, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta: PD.        Hidayat), 1992, hal. 33
[2] Erhamwilda, Konseling Islami, (Yogyakarta: Graha Ilmu), 2009, hal. 120
[3] Tohari Musnamar, dkk, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta: PD.        Hidayat), 1992, hal. 34

Tidak ada komentar:

Posting Komentar