Senin, 30 Mei 2016

SIKAP

       I.         

PENDAHULUAN
Sikap merupakan masalah yang penting dan menarik dalam lapangan psikologi, khususnya psikologi sosial, karena sikap sering digunakan untuk meramalkan tingkah laku, baik tingkah laku perorangan, kelompok, bahkan tingkah laku suatu bangsa. Meskipun demikian, sikap negatif seseorang terhadap suatu obyek tidak selalu memunculkan tingkah laku yang negatif terhadap obyek tersebut. Misalnya seseorang bawahan yang mempunyai sikap negatif terhadap tindakan atasanya tidak otomatis menjanjikan bahwa bawahan tersebut akan berperilaku negatif terhadap pimpinannya tersebut. Hal ini dikarenakan adanya aspek lain yang mempengaruhi munculnya tingkah laku seseorang. Dalam kaitan perilaku bawahan terhadap atasan, mugkin saja faktor kekuatan bila ia bertindak negatif maka ia akan dipecat menjadi salah satu faktor penghambat munculnya perilaku negatif tersebut.
Salah satu hal yang menarik dari perilaku manusia yang membuatnya menjadi kompleks adalah sifat diferensial (keragamannya). Seseorang dapat merespon tertentu dalam menghadapi stimulus atau obyek pada suatu saat, tetapi dapat pula merespon yang lain pada saat yang berbeda (meskipun stimulusnya sama). Misalnya saja, pada saat perasaan hatinya sedang gembira seseorang tidak merasa keberatan bila diajak bercanda atau digoda oleh temannya, bahkan ia memberikan respons yang positif sehingga suasana bercanda dan berkelakar tersebut berkembang menjadi semakin hidup. Tetapi ketika ia sedang dalam kesulitan maka ia dapat memberikan respons yang berbeda, seperti marah, meerasa tersinggung, atau meninggalkan temannya yang mengajaknya bercanda.
    II.            RUMUSAN MASALAH
A.    Apa yang disebut Sikap ?
B.     Bagaimana ciri-ciri sikap ?
C.     Bagaimana kita mengetahui terbentuk dan perubahan dari sikap ?



 III.            PEMBAHASAN
A.    Pengertian Sikap
      Sikap adalah organisasi yang relatif menetap dari perasaan-perasaan, keyakinan-keyakinan dan kecenderungan perilaku terhadap orang lain, kelompok, ide-ide atau obyek-obyek tertentu (Fishbein & Ajzen, 1975). [1]Sikap dapat bersifat negatif dan pula bersikap positif. Sikap negatif muncul kecenderungan untuk menjauhi, membenci, menghindari atau tidak menyukai keberadaan suatu obyek. Sedangkan sikap positif muncul kecenderungan untuk menyenangi, mendekati, menerima atau bahkan mengharapkan kehadiran obyek tertentu. Misalnya, sikap positif seseorang mahasiswa terhadap mahasiswi tertentu memberikan kecenderungan kepadanya untuk menerima kehadiran mahasiswi tersebut.
      Sikap selain dapat berbentuk sikap perorangan (individu), juga dapat berbentuk sikap sosial. Sikap individual adalah sikap yang diyakini oleh individu tertentu, sedangkan sikap sosial adalah sikap yang diyakini (dianut) sekelompok orang terhadap suatu obyek. Misalnya saja sikap positif terhadap umat Islam terhadap kehadiran Bank Muamalah Indonesia, atau sikap positif umat Kristen terhadap hari Raya Paskah, dan sebagainya. Sikap adalah organisasi yang relatif menetap dari perasaan-perasaan, keyakinan-keyakinan, dan kecenderungan perilaku terhadap orang lain, kelompok, ide-ide atau obyek-obyek tertentu. Ada sejumlah pendapat lain yang sangat mendasar mengenai sikap. Berikut ini adalah garis besar pandangan-pandangan sikap yang disusun oleh pengamat Eiser:
1)      Sikap merupakan pengalaman subjektif. Asumsi ini menjadi dasar untuk definisi-definisi pada umumnya, meskipun beberapa penulis, terutama Bem menganggap bahwa berbagai pertanyaan seseorang mengenai sikapnya merupakan kesimpulan dari pengamatannya atas perilakunya sendiri.
2)      Sikap adalah pengalaman tentang suatu objek atau persoalan. Sikap bukan sekedar “suasana hati” atau “reaksi afektif” yang disebabkan oleh stimulus dari luar. Sesuatu persoalan atau objek merupakan bagian dari pengalaman.
3)      sikap diungkapkan melalui bahasa. Sikap dapat diungkapkan sampai batas-batas tertentu tanpa kata-kata, namun konsep sikap akan sangat miskin jika diterapkan pada spesies yang tidak bisa berbicara. Bahkan hari-hari penuh kata-kata yang mengandung unsur penilaian.[2]
4)      Sikap dikomunikasikan kepada orang lain. Sikap tidak hanya bisa dipahami, tetapi juga diungkapkan sedemikian rupa sehingga bisa ditangkap dan dimengerti oleh orang lain. Dengan kata lain, mengungkapkan sikap adalah tindakan sosial yang berlandaskan asumsi bahwa ada pendengar yang bisa memahami. Bagaimana kehadiran, jenis, dan jumlah pendengar memengaruhi ungkapan sikap.

B.     Ciri-ciri Sikap
      Sikap merupakan faktor yang ada dalam diri manusia yang dapat mendorong atau menimbulkan perilaku yang tertentu. Untuk membedakan sikap dengan aspek-aspek psikis lainnya, seperti pengetahuan, keyakinan, motif, niat, dan lain sebagainya, maka dapat dilihat beberapa ciri-ciri sikap seperti dibawah ini :
1.      Sikap selalu menggambarkan hubungan antara subyek dengan obyek. Tidak ada sikap tanpa obyek. Obyek ini bisa berupa benda, orang, ideologi, nilai-nilai sosial, lembaga masyarakat, dan sebagainya.
2.      Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi “dipelajari” dan dibentuk berdasarkan pengalaman dan latihan.
3.      Karena sikap dapat “dipelajari”, maka sikap dapat berubah-ubah, meskipun relatif sulit berubah.
4.      Sikap tidak menghilang walau kebutuhan sudah dipenuhi. Misalnya, seseorang yang suka sate akan tetap menyukai  sate, meskipun dia kenyang makan sate.
5.      Sikap tidak hanya satu macam, melainkan sangat beragam sesuai obyek yang menjadi pusat perhatiannya.[3]
6.      Sikap itu mengandung faktor perasaan  dan motivasi.
Ini berarti bahwa sikap terhadap sesuatu obyek tertentu akan selalu diikuti oleh perasaan tertentu yang dapat bersifat positif (yang menyenangkan) tetapi juga dapat bersifat negatif (yang tidak menyenangkan) terhadap obyek tersebut. Di samping itu sikap juga mengandung motivasi, ini berarti  bahwa sikap itu mempunyai daya dorong bagi individu untuk berperilaku secara tertentu terhadap obyek yang dihadapi.
7.      Sikap itu dapat berlangsung lama atau sebentar.
Kalau sesuatu sikap telah berbentuk dan telah merupakan nilai dalam kehidupan seseorang, secara relatif sikap itu akan lama bertahan pada diri orang yang bersangkutan. Sikap tersebut akan sulit berubah, dan kalaupun dapat berubah akan memakan waktu yang relatif lama. Tetapi sebaliknya bila sikap itu belum begitu mendalam ada dalam diri seseorang, maka sikap tersebut secara relatif tidak bertahan lama, dan sikap tersebut akan mudah berubah.[4]

C.     Pembentukan dan Perubahan Sikap
      Meskipun demikian, sikap seseorang masih tetap dapat di bentuk maupun diubah. Sikap seseorang dapat dibentuk ataupun diubah melalui beberapa cara antara lain :
1.      Adopsi
Kejadian dan peristiwa yang terjadi secara berulang-ulang dan terus menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.
2.      Diferensiasi
Karena adanya perkembangan akan pengalaman, inteligensi, dan pengetahua maka ada hal yang tadinya dianggap sejenis, dan sekarang dipandang tersendiri dan lepas dari jenisnya (yang sudah dikelompokkan terdahulu).
3.      Integrasi
Pembentukan sikap terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu, sehingga akhirnya terbentuk sikap mengenai hal tersebut.
4.      Trauma
Trauma adalah pengalaman yang tiba-tiba dan mengejutkan, yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan.
Trauma adalah pengalaman yang tiba-tiba dan mengejutkan, yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan.
5.      Generalisasi
Pengalaman traumatik yang dialami seseorang ada beberapa hal yang tertentu dapat menimbulkan sikap negatif pada semua hal yang sejenis.[5]
        Pembentukan sikap tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui kontak sosial terus-menerus antara individu dengan individu-individu lain disekitarnya. Dalam hubungan ini, faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap adalah :
1.      Faktor Intern, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, seperti sekeltivitas. Penyeleksian (selektivitas) diperlukan karena rangsang yang datang dari luar (lingkungan) tidak seluruhnya dapat diserap oleh individu, oleh karena itu seseorang harus memilih rangsang-rangsang mana yang akan “diperdalam” dan rangsang-rangsang mana yang tidak “diperdalam”. Pemilihan-pemilihan ini biasanya juga dipengaruhi oleh motif-motif dan kecenderungan-kecenderungan dalam diri seseorang. Karena harus memilih maka seseorang harus mengembangkan sikap yang positif terhadap suatu hal, dan mengembangkan sikap yang negatif terhadap hal lainnya.
2.      Faktor Ekstern, adalah faktor-faktor yang terdapat diluar diri individu. Faktor-faktor ini antara lain :
a.       Sifat obyek yang dijadikan sasaran sikap
b.      Kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap
c.       Sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap
d.      Media komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan sikap
e.       Situasi pada saat sikap itu dibentuk
      Ada beberapa metode untuk mengubah sikap. Di bawah ini ada beberapa cara yang sering dilakukan oleh ahli Psikologi untuk mengubah sikap. Namun demikian harus dicatat bahwa banyak perubahan sikap yang terjadi tanpa ada intervensi langsung dari atau oleh seseorang.[6]

 IV.         KESIMPULAN
        Sikap merupakan organisasi yang relatif menetap dari perasaan-perasaan, keyakinan-keyakinan dan kecenderungan perilaku terhadap orang lain, kelompok, ide-ide atau obyek-obyek tertentu. Ada beberapa ciri atau sifat dari sikap tersebut yaitu: sikap itu tidak dibawa sejak lahir, sikap itu tidak selalu berhubungan dengan obyek sikap, sikap dapat tertuju pada satu objek saja tetapi juga dapat tertuju pada sekumpulan objek-objek, sikap itu dapat berlangsung lama atau sebentar dan sikap itu mengandung faktor perasaan dan motivasi. Ada beberapa faktor yang membentukan dan merubahan Sikap yaitu faktor intern (faktor dari dalam) dan faktor ekstern (faktor dari luar).



DAFTAR PUSTAKA

      Adi, Isbandi Rukminto, Psikologi Perkembangan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 1994
      Faturochman, Pengantar Psikologi Sosial,Yogyakarta, PUSTAKA, 2006
      Sobur, Alex, Psikologi Umum, Bandung, CV Pustaka Setia, 2011
      Walgito, bimo, Psikologi Sosial, Yogyakarta, Andi : 2002



[1] Faturochman, Pengantar Psikologi Sosial,Yogyakarta, PUSTAKA, 2006, hal 43
[2] Alex Sobur, Psikologi Umum, Bandung, CV Pustaka Setia : 2011, hal :356 – 357
[3] Isbandi Rukminto Adi, Psikologi Perkembangan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada : 1994, hal : 179-180

[4] Bimo Walgito, Psikologi Sosial, Yogyakarta, Andi : 2002, hal : 114
[5] Isbandi Rukminto Adi, Loc Cit, hal : 182
[6] Isbandi Rukminto Adi, Loc Cit, hal : 183

Tidak ada komentar:

Posting Komentar