Senin, 30 Mei 2016

TEKNIK KOMUNIKASI KONSELING (ATTENDING, STRUCTURING DAN BERTANYA)

I.                   PENDAHULUAN
Ketrampilan konseling merupakan salah satu aspek penting yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses konseling yang dibangun oleh konselor. Dengan demikian penguasaan konselor teradap ketrampilan-ketrampilan tersebut merupakan jembatan menuju terbangunnya hubungan interpersonal efektif yang di harapkan berujung pada terfasilitasinya perkembangan klien kearah perkembangan yang optimal. Ketrampilan konseli dapat dikuasai melalui berbagai pelatihan, baik pelatihan mandiri, terbimbing, maupun pelatian dengan memanfaatkan kemampuan  antara konselor.
Apapun model pelatiannya yang terpenting adalah termanfaatkannya umpan balik guna meningkatkan kemampuan penguasaan ketrampilan-ketrampilan tersebut.

II.                RUMUSAN MASALAH
A.    Apa Pengertian Attending, Structuring dan Pertanyaan ?
B.     Bagaimana Langkah-Langkah Konseling Attending, Structuring dan Pertanyaan ?
C.     Bagaimana Contoh Narasi dari Proses Konseling ?



III.             PEMBAHASAN
A.    Pengertian Attending, Structuring dan Pertanyaan
1.      Attending
Menurut sofyan wilis mengemukakan bahwa prilaku attending dapat juga dikatakan sebagai penampilan konselor yang menampakkan komponen prilaku non verbal, bahasa lisan, dan kontak mata.[1]
 Attending adalah pemberian perhatian fisik kepada orang lain atau klien, attending juga berarti mendengarkan dengan menggunakan seluruh tubuh kita atau merupakan komunikasi non verbak yang menunjukkan bahwa konselor memberikan perhatian secara penuh terhadap lawan bicara yang sedang berbicara. Ketrampilan attending meliputi keterlibatan postur tubuh, gerakan tubuh secara tepat, kontak mata dan lingkungan yang nyaman.[2]

2.      Structuring
Structuring adalah proses penetapan batasan oleh konselor tentang hakikat batas-bats tujuan proses konseling pada umumnya dan hubungan tertentu pada khususnya. Structuring memberikan kerangka kerja atau orientasi terapi kepada klien atau merupakan keahlian yang dugunakan untuk menjelaskan tujuan dari konseling. fungsu structuring dibutuhkan untuk menjaga sesi agar tidak melenceng pada tujuan dan untuk menginformasikan pada klien apa yang konselor mampu atau tidak mampu dilakukan.
Struktur konseling adalah susunan proses konseling yang dilakukan konselor secara sistematik, pembukaan konseling pada tahap awal konseling, yang meliputi menciptakan raport atau hubungan konseling yang akrab dan bersahabat dengan adanya kontak mata atau bahasa non verbal yang ditunjukan oleh konselor dan menemukan masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya konselor meningkatkan pertisipasi dan keterbukaan klien dalam proses konseling, sehingga masalah klien yang sudah ditemukan  bersama tadi dalam proses awal  konseling  akan berkembang  dan mengarah pada tujuan konseling sebagai mana harapan klien .
Structuring ini terjadi pada tahap pertengahan proses konseling. pada tahap ini konselor berupaya dengan berbagai ketrampilan yang dimiliki untuk membuat klien terlibat  dan terbuka, tahap pertengahan ini juga dinamakan tahap kerja.
Pada tahap ahir dalam structuring yang dinamakan tahap action atau tahap tindakan terjadi perubahan prilaku klien kearah positif. Struktur konseling adalah klien membuat rencana hidup, stres klien menurun, klien mengevaluasi proses konseling, dan ahirnya sesi ditutup konselor dengan persetujuan klien. Pada tahap ini secara tidak langsung atau perlahan terjadi perubahan yang penting pada klien.[3]
3.      Pertanyaan
Dalam keterampilan konseling, teknik pertanyaan terbagi menjadi dua, yaitu:
1)      Pertanyaan terbuka
Pertanyaan terbuka yaitu teknik untuk memancing klien agar mau berbicara mengungkapkan perasaan, pengalaman dan pemikirannya.
2)      Pertanyaan tertutup
Pertanyaan tertutup yaitu teknik yang harus dijawab dengan kata Ya atau Tidak atau dengan kata-kata singkat.[4]

B.     Langkah-Langkah Konseling Attending, Structuring dan Pertanyaan
1.      Attending
Attending memusatkan perhatian untuk dikomunikasikan terutama melalui tiga saluran  yaitu ekspresi muka, posisi dan gerakan tubuh serta respon verbal. Cara-cara komunikasi tersebut merupakan tanda untuk klien menganal tingkat penerimaan, persetujuan atau pengabaian yang dihubungkan dengan perilaku penguatan.[5]
Contoh perilakuattending yang baik, meliputi:
a.       Kepala (melakukan anggukan jika setuju)
b.      Ekspresi wajah (tenang, ceria, senyum)
c.       Posisi tubuh (agak condong kearah konseli, jarak antara konseli dan konselor agak dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan)
d.      Tangan (variasi gerakan lengan atau tangan spontan berubah-ubah, menggunakan tangan sebagai isyarat,menggunakan tangan untuk menekankan ucapan)
e.       Mendengarkan (aktif penuh perhatian, menungggu ucapan konseli hingga konseli selesai, diam atau menanti saat kesempatan bereaksi, perhatian terarah pada lawan bicara).
Contoh attending yang tidak baik, meliputi:
a.       Kepala (kaku)
b.      Muka (kaku, ekspresi melamun, mengalihkan pandangan, tidak melihat saat klien sedang bicara, mata melotot)
c.       Posisi tubuh (tegak kaku, bersandar, miring, jarak duduk dengan konseli menjauh, duduk kurang akrab dan berpling)
d.      Memutuskan pembicaraan 9berbicara terus tanpa ada teknik diamuntuk memberi kesempatan konseli berfikirdan berbicara)
e.       Perhatian (terpecah, mudah buyar oleh gangguan luar)[6]
Perilaku attending yang ditampilkan konselor  akan memengaruhi kepribadian klien yaitu:
a.       Meningkatkan harga diri klien, sebab sikap dan perilaku attending memungkinkan konselor menghargai klien sehingga harga diri klien meningkat.
b.      Dapat menciptakan suasana aman bagi klien karena klien merasa ada orang yang dapat dipercayai, teman untuk curhat, dan terasa terlindungi secara emosional.
c.       Memberikan keyakinan kepada klien bahwa konselor adalah tempat untuk mencurahkan segala isi hati dan perasaannya.
Latihan perilaku attending bertujuan agar calon konselor dapat memperlihatkan penampilan attending dalam berbagai situasi dan hubungan interpersonal secara umum, khususnya dalm relasi hubungan konseling dengan klien.
Dalam attending yang harus di perhatikan pada saat melakukan proses attending diantaranya:
a)      Posisi pengawakan badan yang terdiri dari posisi tubuh, jarak konselor dan klien.
b)      Keadaan muka yaitu ekspresi wajah dan kontak mata.
c)      Tangan dan lengan yang terdiri dari variasi gerakan tangan, menggunakan tangan sebagai isyarat, menyentuh, melakukan gerakan sebagai penekanan.
d)     Mendengarkan yaitu bagaiman konselor mendengarkan klien, diam pada saat tertentu dan bagaimana perhatiannya terhadap klien.
2.      Structuring
Struktur diberikan disetiap tahapan konseling dan berperan sangat penting diawal konseling, Dorn menytakan bahwa klien biasanya menjalani konseling karena mereka berada dalam kondisi statis, yaitu klien merasa buntu dan kehilangan kendali  untuk mengubah tingkahlakunya. Untuk dapat membantu klien menemukan arah baru dalam kehidupannya konselor menyediakan pedoman konstruktif atau keputusan bagaimana membangun struktur ini didasarkan pada orientasi teoritis dari konseling, kepribadian klien dan masalah yang akan ditangani.[7]
Dalam structuring ada beberapa jenis yaitu:
a.       Batasan peran (role limit). Contoh: “ma’af, saya bukanlah pengambil keputusan dari permasalahn anda, saya hanya membantu anda untuk memahamipersoalan yang anda hadapi dan andalah yang memutuskannya sendiri”
b.      Batasan topik (topic limit). Contoh: “yang anda sampaikan tadi, nampaknya ada beberapa permasalahanyang anda alami saat ini, sekarang mari kita sepakati persoalanmana dulu yang akan kita bahas”
c.       Batasan tindakan (action limit). Contoh: “saya bisa memahami kemarahan anda, tapi ma’af ruang sebelah banyak anak-anak yang sedang belajar, saya berharap anda dapat mengendalikan luapan kemarahan anda”
d.      Batasan waktu (time limit). Contoh: “mohon ma’af sebelumnya, berhubung satu jam lagi saya ada acara lain yang tidak bisa saya tinggalkan, kira-kira dapatkan kita melakukan sesi konseling selama satu jam, jika belum selasai dapat dilanjutkan besok pagi, bagaimana”[8]
3.      Pertanyaan
Keterampilan bertanya merupakan salah satu bagian penting dari suatu dialog antara konselor dengan konseli. Pertanyaan yang baik sangat membantu konseli dalam memperoleh pemahaman tentang berbagai hal yang menjadi dan atau terkait dengan topik pembicaraan. Cara-cara mengajukan pertanyaan yang baik membutuhkan keterampilan.
Dalam komunikasi antara konselor dan konseli, konselor dapat membantu konseli untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik dengan mengajukan pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup.
Adapun langkah-langkahnya yaitu:
1)      Pertanyaan terbuka
Pertanyaan yang diajukan sebaiknya tidak menggunakan kata Tanya mengapa, apa sebabnya, karena pertanyaan semacam ini akan menyulitkan klien jika ia tidak tahu alas an atau sebab-sebabnya. Oleh karenanya, lebih baik menggunakan kata Tanya apakah, bagaimana, adakah, dapatkah.
2)      Pertanyaan tertutup
Pertanyaan yang diajukan hanya menerima jawaban Ya atau Tidak atau dengan kata yang singkatsaja.[9]

C.     Contoh Narasi dari Proses Konseling
Contoh kasus: Anak kecanduan minuman keras. Gambaran masalah: ali adalah seorang siswa kelas 1 SMA yang terlihat sekandal pecandu minuman keras akibat pengaruh lingkugannya dan kurangnya perhatian dari orang tuanya. Dan kemudian dia menyadari bahwa apa yang telah dilakukannya itu merugikan dirinya dan orang disekitarnya atau lingkungannya yang kemudian menggugah hatinya untuk sukarela datang pada konselor agar dia itu bisa mengatasi masalah yang sedang dihadapinya. Sebelumnya ali sudah menghubungi konselor lewat telvon bahwasannya dia ingin meminta bantuan agar konselor mau membantu untuk menyelesaikan masalahnya.
Kl : assalamualaikum?
Ko : waalaikumsalam.
Kl : membuka pintu perlahan-lahan
Ko : eh, ali mari silahkan duduk (sambil berdiri dan berjabat tangan menyambut klien)
Kl : terima kasih pak.
Ko : bapak marasa senang sekali bisa berjumpa dengan ali (attending ramah, sambil senyum dan kontak dengan klien dan badan agak membungkuk kearah klien)
Ko : tampaknya ada yang mengganggu ali, sehingga ali datang kemari ( memulai merefleksi perasaan)
Kl : mengangguk.
Ko : ali tak perlu sungkan, silahkan ali dapat menceritakannya.
Kl : hanya mengangguk
Ko : ayo ali, tidak apa-apa.
Kl : iya pak saya akan menceritakannya. Saya ahir-ahir ini sering bolos sekolah, saya tidak berminat untuk mengikuti pelajaran di sekoalah.
Ko : coba ali ceritakan lebih lanjut.
Kl : sebenarnya penyebabanya bukan saya tidak senang sama guru-gurunya atau pelajarannya, tapi…
Ko : iya terus
Kl : semua itu berawal dari keluarga saya, saya selalu di tinggal bapak dan ibu saya bekerja di luar kota, mereka jarang pulang.
Ko : jadi ali merasa bahwasannya yang menjadi penyebab itu kularga,? Mengapa ali beranggapan seperti itu? (structuring: batasan topik, hanya menyangkut topik masalah utama)
Kl : saya merasa tidak dipedulikan lagi oleh orang tua saya dan tidak diperhatikan seperti anaknya sendiri, walaupun semua kebutuhan saya tercukupi tapi saya merasa di kucilkan oleh orang tua saya, jadi saya tiap kali malas untuk sekolah saya pergi kemana yang saya suka,
Ko : apakah perubahan itu tidak diketahui orang tua mu ali?
Kl : tidak pak, soalnya orang tua saya biasanya menanyakan keadaan saya pada pembantu, dan saya sudah bilang jangan kasih tau orang tua saya jika saya pulang terlambat atau ada masalah gitu.
Ko : biasanya ali kemana saja dan apa yang biasa dilakukan?
Kl : (menunduk dan ragu untuk mengatakannya)
Ko : tidak usah ragu ali, silahkan di ceritakan saja. (sambil senyum dan menatap pada ali)
Kl : saya biasanya pergi ketempat hiburan dengan teman-teman dan saya sering minum-minuman keras bermain gitas dan nyanyi-nyanyi.
Ko : sejak kapan ali mulai kecanduan minuman dan apa yang ali dapatkan dari kebiasaan itu?
Kl : sudah hampir empat bulan sejak saya kenal dengan teman-teman baru di sekolah dan sejak rang tua saya sibuk bekerja.dengan saya seperti itu saya merasa tenang, setiap saya mengalami perasaan tegang dan banyak fikiran saya melampiaskan dengan minum-minum.
Ko : Kata ali dengan minum seperti itu justru merasa tenang tapi apakah dengan perbuatan itu ali justru memberikan dampak yang lebih buruk bagi ali dan orang disekitar ali.
Kl : saya tidak pernah berfikiran jauh kesana pak.
Ko : apakah ali mau mengubah kebiasaan itu?
Kl : apa saya mampu pak, tolong bantu saya untuk menyelesaikan masalah yang saya alami pak.
Ko : kalau mau berusaha pasti mampu. Ma’af ali disini bapak bukanlah yang mengambil keputusan dari permasalahn ali, tapi bapak hanya membantu ali untuk memahami persoalan yang ali hadapi dan ali lah yang memutuskannya sendiri. (structuring: pembatasan peran yang dilakukan konselor)
Dalam manangani masalah ini konselor menggunakan teknik modeling untuk mengubah perilakunya, dengan memperagakan atau memberi contoh melalui vidio, untuk meyakinkan klien bahwa minuman keras itu berdampak negativ bagi jasmania, rohaniah, orang di sikitar dan lingkungan.
Kl : (menangis dan menunduk sangat menyesali perbuatannya atau ekspresi sedih yang berlebihan.)
Ko : sudah jangan menangis ali, bapak berharap ali bisa mengendalikan luapan penyesalan ali. tidak perlu disesali masih banyak waktu untuk merubah diri. (structuring : pembatasan tindakan)
Ko : gimana ali?
Kl : iya pak, saya jadi tau dampaknya ternyata sangat buruk untuk semuanya, dan saya berkeinginan untuk meninggalkan kebiasaan saya, dan saya juga tidak mau mengecewakan orang di sekeliling saya pak.
Ko : dengan kesungguhan ali utuk meninggalkan hal itu, pasti ali bisa meninggalkan hal buruk tersebut. Sebelumnya bapak minta ma’af ali, berhubung sebentar lagi bapak ada acara lain yang tidak bisa bapak tinggalkan, kira-kira dapatkah kita melakukan sesi konseling ini sebentar lagi, jika belum selasai dapat dilanjutkan besok hari minggu, bagaimana?
Kl : iya pak.

IV.             KESIMPULAN
Seorang konselor harus memiliki berbagai keterampilan atau teknik-teknik konseling yang digunakan dalam proses konseling. Jadi dalam hal ini konselaor harus menguasai keterampilan yang diantanya yaitu Perilaku Attending, structuring, dan pertanyaan.




DAFTAR PUSTAKA


Juntika Nurihsan, Ahmad. Bimbingan Konseling dalam berbagai Latar Kehidupan. Bandung: PT Revika Aditama. 2007.

Suwarjo. Modul Pelatian Praktik Konseling. Yogyakarta: UNY. 2008.
T Glading, Samue.l Konseling Profesi yang Menyeluruh. Jakarta: PT Indeks. 2012
.
Umriana, Anila. Pengantar Konseling (Penerapan Ketrampilan Konseling Dengan Pendekatan Islam). Semarang: CV. Karya Abadi Jaya.  2015.

Wilis, Sofyan. Konseling Individual (Teori dan Praktik). Bandung: Alfabeta. 2011.





[1] . Sofyan Wilis, Konseling Individual (Teori dan Praktik), (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 205.
[2] . Suwarjo, Modul Pelatian Praktik Konseling, (Yogyakarta:UNY, 2008), hlm.6.
[3] . Sofyan Wilis, Konseling Individual (Teori dan Praktik), hlm. 205-206.
[4] Anila Umriana, Pengantar Konseling (Penerapan Ketrampilan Konseling Dengan Pendekatan Islam), (semarang: CV. Karya Abadi Jaya, 2015). Hlm 90-91
[5] . Ahmad Juntika Nurihsan, Bimbingan Konseling dalam berbagai Latar Kehidupan, (Bandung: PT Revika Aditama, 2007), hlm. 86.
[6] . Anila Umriana, Pengantar Konseling (Penerapan Ketrampilan Konseling Dengan Pendekatan Islam), Hlm. 85.
[7] . Samuel T Glading, Konseling Profesi yang Menyeluruh, (Jakarta: PT Indeks. 2012), hlm. 149.
[8] . Anila Umriana, Pengantar Konseling (Penerapan Ketrampilan Konseling Dengan Pendekatan Islam). Hlm. 87.
[9] . Anila Umriana, Pengantar Konseling (Penerapan Ketrampilan Konseling Dengan Pendekatan Islam). Hlm 90-91

Tidak ada komentar:

Posting Komentar